FUTUHUL GHAIB (PEMBUKA TABIR KEGAIBAN)
SEBUAH AJARAN TASAWUF
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI.
AJARAN
PERTAMA:
BELIAU QS. BERKATA :
Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam
segala keadaan, yaitu:
(1) harus menjaga perintah-perintah
Allah,
(2) harus menghindar dari segala
yang haram,
(3) harus ridha dengan takdir Yang
Maha Kuasa.
Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal
ini. Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan berbicara dengan diri sendiri
tentang hal ini serta mengikat organ-organ tubuhnya dengan ini.
AJARAN
KEDUA :
BELIAU QS BERKATA :
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan,
jangan merubah jalan itu, patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya,
jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia;
sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun
kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. Bersabarlah
selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah; berharaplah
kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan
jangan berpecah-belah. Saling mencintailah dan jangan saling
mendendam. Jauhilah kejahatan dan jangan ternoda olehnya.
Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu; jangan menjauh dari
pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya.
Segeralah bertaubat dan kembali
kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu,
baik siang maupun malam; (jika kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan
kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di
syurga, bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga
dan tinggal di dalamnya untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, bersuka
ria dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba
sahaya wanita, dengan karunia-karunia lainnya; termuliakan bersama para nabi,
para shiddiq, para syahid, dan para shaleh di syurga yang tinggi.
AJARAN
KE III :
BELIAU QS. BERKATA:
Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan
hidup, maka pertama-tama ia coba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila
gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa,
hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktor.
Bila hal ini pun gagal, maka ia berpaling kepada
Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan
kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan
berpaling kepada sesamanya, demikian pula bila ia berhasil karena sesamanya,
maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperolehi pertolongan dari
Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis,
berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap cemas.
Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan
ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian kecewa
terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba
Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktivitas dan upaya
duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain
kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang
Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat keyakinan tertinggi yang
diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan mata hati). Bahwa pada
hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada
penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula
kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada pula menahan, tiada
awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan
kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali karena ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan
perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo,
berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya.
Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak
Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan
tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah
kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar
firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya.
Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan
beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi
mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya.
Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa
mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi
Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperolehi petunjuk dari-Nya, berbusana nur
ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah
dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
AJARAN
KEEMPAT:
BELIAU QS. BERKATA:
Bila kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah
merahmatimu," Allah melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah
merahmatimu," Ia mematikan kehendakmu; "Semoga Allah
merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu dalam kehidupan (baru).
Kini kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya
dengan kekayaan abadi; dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi,
dirahmati, dilimpahi ilmu yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan;
dimuliakan, hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah,
senantiasa termuliakan; senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh
segala harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau
sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara; tersembunyi dan terahasia.
Maka, jadilah engkau menjadi pengganti (penerus
jejak dan jalan,red) para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah puncak
wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala kesulitan
terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni melalui do'amu; dan sirnalah
melalui do'amu, segala petaka yang menimpa orang-orang di desa terpencil pun,
para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para pengikut, dan semua
ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (kalau boleh disebut begitu)
bagi kota-kota dan masyarakat.
Orang-orang bergegas-gegas mendatangimu, membawa
bingkisan dan hadiah, dan mengabdi kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan
izin sang Pencipta segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan
syukur bagimu, di manapun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih
tentangmu. Duhai, yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah,
dan Allahlah Pemilik segala rahmat.
AJARAN
KELIMA:
BELIAU QS. BERKATA:
Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka
(ahli-ahli dunia), dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa
mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan
bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan
kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini -
berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan
diri, dan karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu)
kau enggan memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu
pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu
dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar
kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bagianmu menghampirimu segera,
dan kau menikmatinya.
Allah telah berfirman kepada Nabi
pilihan-Nya:"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah
Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia, untuk Kami uji mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan
lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).
AJARAN
KEENAM:
BELIAU QS. BERKATA:
Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah
Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera
ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya
dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya
diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana
duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, menghindarkan
kemudharatan; dan tidak bergerak demi kepentingan peribadi, dan tidak
bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tidak
melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada Allah,
karena Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasaNya,
ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai
dengan ketak-pernahan menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak
satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah
mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka pasiflah
organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah wajah dan
rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan
Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian
selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan
nurNya dan busana rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah
yang telah mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri,
hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur,
yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak
manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada
maqam ini, keajaiban dan kegaiban akan ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini
tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya dari Allah.
Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah
tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak
Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam
ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal yang kusenangi dari dunia -
wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat - yang pada mereka menyejukkan mataku."
Sungguh, hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya,
sebagaimana telah kami isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama
orang-orang yang patah hati demi Aku."
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai
kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala
sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan
baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga
terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa
patah-hati. Dengan cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam
dirimu, dan bila kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir
hayat dan bertemu (liqa') dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku
bersama orang-orang yang putus asa demi Aku, " Dan makna kata:
"Kedirian masih maujud" ialah kemasih-kukuhan dan kemasih puasan
dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman
kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri
kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga
Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi
telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat,
dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia
berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya,
dan menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi pusat kebaikan,
sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan.
Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaigus dasar perjalanan
para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga
akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah
mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti:
berubah). Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan
kehendak Allah, adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan
ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya,
dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar dan berlindung kepada Tuhan,
karena tidak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat.
Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas
dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban
moral, tidak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para
badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tidak bisa dianggap terbebas dari
dua keburukan ini, karena mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua
kelemahan ini, tapi Allah melimpahkan rahmatNya dan menyadarkan mereka.
AJARAN KETUJUH :
BELIAU
QS. BERKATA:
Keluarlah dari kedirian, jauhilah kedirian
(keegoanmu), dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga
pintu hatimu, patuhilah senantiasa perintah-perintah-Nya, hormatilah
larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan
biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir
kedirian dari hati, haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak
pematuhan kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati,
berarti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan
menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan
kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu
membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Karena itu, jagalah
perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam
segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun.
Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang musyrik.
Allah berfirman: "Barang siapa mengharap
penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan
tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)
Kesyirikan tidak hanya penyembahan berhala.
Pemanjaan nafsu jasmani, dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat
dengan Allah, juga syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau
tenggelamkan dalam sesuatu selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh
sebab itu, waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperolehi
keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu,
berkat kau sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu,
jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang
terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai
hamba-hambaNya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna
darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau dimalukan di hadapan
yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan
perbincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu
akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pandangan.
Allah berfirman: "Segala yang Kami
nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik
daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu." (QS 2.Al Baqarah: 106)
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu
hal, jangan menganggap ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun
ragu akan janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah.
Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekan,
dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai
hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya
sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari.
Diriwayatkan pula, bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain
sebanyak seratus kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan
dengan Allah. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena
sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Karena,
dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam
mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang
dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, dan
merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS.
7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan
tentang taubat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan
terungkap tanpa ini; lalu Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih
sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan
beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam
di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan
keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan
abadi mereka. Maka, ikutilah Nabi Muhammad Saw., kekasih dan pilihan Allah, dan
nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal
mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal
bertawadhu' dalam segala keadaan kehidupan.
AJARAN KEDELAPAN:
BELIAU QS. BERKATA:
Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan
mengharapkan hal yang lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.
Jadi bila kau berada di pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk
masuk ke istana itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah
terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena mungkin saja
Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya
oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan menghukummu, karena Dia
sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum, tentu disebabkan oleh keburukan
kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurang ajaran, dan keinginanmu untuk
berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena
terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan,
bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa
tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada
Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai hiasan hidup,
untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan
abadi." (QS 20. Thaahaa: 131).
Dengan firman-Nya: "Dan karunia Tuhanmu lebih
baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai
hal yang ada, dan mensyukuri karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah
ini adalah sebagai berikut: "Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu -
kebaikan, kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di
jalanKu - lebih baik dan lebih berharga di banding semua yang Kuberikan kepada
yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri
keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan
ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu
itu akan datang kepadamu, suka atau tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut,
bila kekurang layakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh
akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa
kau bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin seorang arif
menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa seluruh kebaikan
dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau
dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah
kami nyatakan, mesti sadar diri, tenang, dan berlaku baik. Kau mesti berbuat
lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih
dekat kepada marabahaya.
Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada
padamu. Nah, kau tak punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong
ketidak bersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini
menjadikan terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana
yang telah kami nasehatkan kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah maqam
yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena
itu, tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan
perubahan rohani) adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat rohani)
adalah milik para badal.
AJARAN
KESEMBILAN:
BELIAU QS. BERKATA:
KehendakNya terwujud, secara kasyaf (penglihatan
rohani) dan musyahida (pengalaman-pengalaman rohani), pada para wali dan badal,
yang tak terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk:
jalal (keagungan), dan jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman
yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya
tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah shalat, dari hatinya
terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, karena intensitas ketakutan
yang timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan KebesaranNya.
Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra,
juga mengalami keadaan yang serupa.
Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan
refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis,
ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan karuniaNya, maqam
yang tinggi, dan keakraban denganNya -- yang kepadaNya segala urusan mereka
kembali -- dan atas takdir yang telah ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah
karunia dan rahmatNya, dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu
tertentu. Ini dilakukan agar mereka tidak melampaui kadar cinta yang layak
dalam keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan berputus
asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh
hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan
kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka
lembut, karena Dia bijaksana, mengetahui, lembut terhadap mereka.
Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering berkata kepada
Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami,"
Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat, agar
merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan.
Itulah sebabnya Nabi s.a.w. bersabda: "Dan mataku sejuk, bila aku
shalat."
AJARAN
KESEPULUH:
BELIAU QS. BERKATA:
Sungguh tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu
adalah tandanya. Kedirian manusia bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh
kepada Allah dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai
makhluk sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh
dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan menundukkan
dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi musuh dirimu sendiri.
Allah telah bersabda kepada Nabi Daud as: "Wahai Daud, Akulah tujuan
hidupmu, yang tidak mungkin kau elakkan. Karenanya berpegang teguhlah kepada
tujuan yang satu ini; beribadahlah sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan
keakuanmu, semata-mata karena Aku." Maka keakrabanmu dengan Allah dan
pengabdianmu kepadaNya menjadi kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu yang suci
sungguh menyenangkan. Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala
sesuatu mengabdi dan takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka,
dan selaras denganNya, karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi
kepadaNya.
Firman Allah: "Dan tak ada sesuatu pun
melainkan bartasbih memujiNya, tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka."
(QS 17:44). Maka segala sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaanNya, dan
mentaati perintah-perintahNya. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung berfirman:
"Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi, 'Hendaklah kamu berdua datang
dengan suka ataupun terpaksa', Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan suka
hati.'" (QS 41:11). Jadi, segala pengabdian kepadaNya terletak pada
penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman: "Dan janganlah engkau
turuti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (QS
38:26). Ia juga berfirman: "Hindarilah hawa nafsumu, karena sesungguhnya
tidak ada sesuatu pun yang menentangKu di seluruh kerajaanKu, kecuali nafsu
jasmani manusia." Suatu ketika Abu Yazid Bustami bermimpi bertemu Allah,
dan bertanya kepadaNya: "Bagaimana cara menjumpaiMu ?" JawabNya:
"Buanglah keakuanmu dan berpalinglah kepadaKu". "Lalu",
lanjut sang Sufi, "aku keluar dari diriku bagai seekor ular keluar dari
selongsong tubuhnya." Jadi, segala kebajikan terletak pada memerangi
kedirian dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika berada pada
kesalehan, tundukkanlah kedirian, hingga kau terbebas dari hal-hal terlarang
dan syubhah *) dari pertolongan mereka, dari ketergantungan kepada mereka, dari
rasa takut terhadap mereka atau dari rasa iri terhadap milikan duniawi mereka.
(* Syubhah: sesuatu yang meragukan tentang halal atau haramnya). Lalu jangan
mengharapkan sesuatu dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah.
Karenanya bila kau bergaul dengan orang kaya, jangan mengharapkan kematiannya
demi mewarisi hartanya,. Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan
anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon yang
kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu terjadi oleh
satu pelaksana, dirancang oleh satu perancang, dan Dialah Allah, sehingga kau
beriman pada Keesaan Allah.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tidak
menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tidak
satu pun terwujud, kecuali atas izin Allah Ta'ala. Karena itu, jangan Anda puja
upaya manusiawi, karena yang demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata
bahwa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, berarti
kau tidak beriman, dan termasuk dalam golongan Qadariyyah. Hendaknya kau
katakan, bahwa segala aksi makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang
telah diturunkan kepada kita lewat keterangan-keterangan yang berhubungan
dengan masalah pahala dan hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang
berkenaan dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka
dengan perintahNya pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum Allah itu
pasti menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penentu diri sendiri.
Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya. TakdirNya merupakan
'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini dengan pelita sekaligus penentu;
yaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul. Jangan tinggalkan kedua-duanya.
Tapi bila di dalam fikiranmu melintas suatu gagasan, atau kau menerima ilham,
maka tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al Qur'an dan Sunnah
Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham,
maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham seperti itu. Yakinilah bahwa gagasan
dan ilham itu berasal dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan
Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan ilham itu - seperti pemenuhan
keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian,
menikah, dan lain-lain - maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan
menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan dorongan hewanimu, karenanya,
tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di
dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak
mengerti -semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi seseorang
yang saleh, padahal melalui karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu,
kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang saleh itu maka
bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu
sendiri: "Benarkah ini ilham dari Allah dan mesti aku laksanakan ?"
Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham semacam itu, dan memerintahkanmu
untuk segera berupaya atau menyibakkan isyarat semacam itu bagi para ahli
hikmah - suatu isyarat yang hanya bisa dimengerti oleh para wali yang arif dan
para badal yang teguh. Karena itu, kau mesti tidak segera berbuat, sebab kau
tak tahu akibat dan tujuan akhir urusan, cobaan, bahaya dan sesuatu rencana
ghaib dariNya.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya
bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau diantarkan ke maqam itu,
maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, karena
Allah tidak akan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri, namun
Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu
hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal. Pertama,
mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, dan mesti
menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua
tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata
dan yang tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi,
yakni Allah tak menyuruh hambaNya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula
melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tidak
ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tidak
terwajibkan, dengan kata lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi
kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tidak
boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang berhubungan dengannya.
Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan diamnya
menjadi demi Allah.Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras dengannya.
Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar perintah-perintah
tersembunyi. Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperolehi hakikat. Bila
kau telah sampai pada kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu)
atau peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi
Dia, suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan rohaninya,
orang arif, yang amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah
dari Yang Maha Pengasih, kepercayaanNya (alaihimussalam).
Untuk mentaati perintah, kau harus melawan
kedirianmu, dan bebas dari ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan,
dan mutlak harus terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi.
Dengan demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi
perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau
mayat yang dimandikan, atau pesakit tak sadarkan diri di hadapan sang doktor,
dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
AJARAN KESEBELAS:
BELIAU QS. BERKATA:
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk
menikah, padahal kau fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka
bersabarlah dan berharaplah senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu
berkeinginan seperti itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam
hatimu, niscaya Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu
darimu) atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan
mengkaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan akhirat.
Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena kesabaranmu dan
keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu.
Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah karunia-Nya atas orang-orang yang
bersyukur, sebagaimana firman-Nya : "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Maka bersabarlah, tantanglah hawa nafsumu, dan
berpegang teguhlah pada perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha
Kuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah
berfirman: "Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran
mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar : 10)
AJARAN
KEDUABELAS:
BELIAU QS. BERKATA:
Apabila Allah Yang Maha Agung
melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya,
niscaya Ia memisahkanmu dari Nya di dunia dan di akhirat. Mungkin juga Ia
mencabut karuniaNya darimu, menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas
kepalinganmu dari Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.
Tetapi, bila kau senantiasa patuh
kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu, Allah akan menambahkan
karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan menguranginya. Harta adalah abdimu,
dan kau adalah abdi Sang Raja. Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah
kasih sayangNya, dan hidup di akhirat terhormat dan abadi, bersama-sama para
shiddiq, para syahid, dan para shaleh.
AJARAN
KETIGABELAS|
BELIAU QS. BERKATA:
Jangan berupaya menjarah sesuatu rahmat,
dan jangan pula berupaya menangkis datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan
datang kepadamu jika ia sudah ditakdirkan untukkmu, baik kau suka atau pun
tidak suka. Bencana akan menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah suka atau
tidak suka, dan kau coba menangkisnya dengan do'a, atau menghadapinya dengan
kesabaran dan keteguhan hati demi mendapatkan keridhaanNya.
Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia bertindak
melalui dirimu. Jika itu suatu rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu suatu
bencana, bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan
Allah dan keridhaanNya.
Atau coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini,
atau menyatulah sedapat mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana
spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam
yang lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya mentaati dan
berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah
dicapai oleh para Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau mencapai
keakraban sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu melihat maqam
orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang
Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan telah menerima segala
kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan rintangi
jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan
dan penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran
api neraka.
Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas
bumi, dan di kolong langit ini, Rasulullah Muhammad saw, diriwayatkan,
bersabda: "Sungguh, api neraka akan berseru kepada orang-orang beriman
'Wahai mu'min, cepatlah berlalu karena cahayamu mematikan nyala apiku' "
Nah, bukanlah nur seorang mu'min yang mematikan
nyala api neraka itu, adalah cahaya yang kita temui padanya di dunia ini, dan
yang membedakan yang patuh kepada Allah dan yang kafir ? Cahaya inilah yang
memadamkan kobaran bencana. Sedang kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada
Allahlah yang memadamkan panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk
menghancurkanmu, tapi mengujimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar
keyakinanmu, dan memberimu secara rohani, kabar baik dariNya tentang
kehendakNya atasmu. Allah berfirman : "Dan sesungguhnya Kami benar-benar
akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar
di antaramu; dan agar kami nyatakan hal ihwal kalian. " (QS: 47:31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan
sedemikian sesuai dengan ketentuanNya - dan hal ini berkat pertolonganNya -
maka meski kau tetap bersabar, serasi denganNya dan penuh taat kepadaNya.
Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan laranganNya, baik oleh
dirimu sendiri maupun orang lain. Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan
seksama dan segeralah melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif
di hadapan takdir Yang Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah
memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, jangan
membuang-buang waktu, segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah kepadaNYa,
rendahkanlah dirimu di hadapanNYa, mohonlah ampunanNya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu
melaksanakan perintahNya, dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu
kepadaNya. Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka
buruk, atau oleh sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepadaNya atau oleh
kebanggaanmu, atau oleh kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh
perbuatanmu sendiri menyekutukanNya dengan dirimu sendiri atau dengan
makhlukNya. Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak kepatuhanmu
kepadaNYa. Lalu Ia tutup pintu pertolongan bagimu, Ia palingkan kemurahan
wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadaMu, dan menjauhkan diri darimu.
DibiarkanNya, kau sibuk dengan cobaan-cobaanmu di dunia ini, dengan kedirianmu.
Tidak taukah kau, bahwa hal ini membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu
dari penglihatanNya, Ia yang telah menciptakanmu, memeliharamu, dan
mengkaruniaimu sedemikian banyak ni'mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain
Allah ini tak memisahkanmu dariNya. Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain
Allah, sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka
janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga disibukkan oleh segala
yang bukan perintahNya. Yang demikian itu, menjerumuskanmu ke dalam api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti menyesal, tapi
penyesalanmu tiada berguna dan kau berdalih, tapi tiada dalih yang diterima.
Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada pertolongan. Kau coba
menyenangkan Allah, tapi sia-sia.
Kau minta dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan
bekal dan menebus kesalahan, tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah
segala sarana untuk mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu,
kecerahan rohanimu, dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah
menerangi lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan
tujuan. Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di
bawah petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan
menumbuhkanmu. Jangan kufur ni'mat kepadaNya, Ia yang telah menciptakanmu dari
debu, dan dari setitis mani dijadikanNya kau seorang manusia sempurna.
Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan jangan menganggap sesuatu itu
buruk, bila tak tegas-tegas diharamkanNya. Bila kau serasi dengan perintahNya,
seluruh makhluk hormat kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh
Allah, maka segala yang tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada.
Allah telah berfirman : " Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada ilah
(sesembahan) selain Aku. Bila Aku katakan 'Jadilah', maka ia akan maujud.
Patuhilah Aku, maka akan Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata
'Jadilah', ia akan maujud."
"Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang
memuji-KU, dan susahkanlah orang-orang yang memujamu."
Maka, bila datang sesuatu yang diharamkanNya,
berlakulah bagai seorang yang lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan
kekuatan jasmaninya, yang remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari
pesona-pesona duniawi dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan tak
terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di dalamnya
tidak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak
lahir, bagai seorang buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri,
seakan lidahmu bisu dan kasar, seakan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal,
seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu
gemetar dan penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan,
seakan akalmu gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka, kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan
semua perintahNya, sebagaimana kau mesti enggan tak berghairah terhadap semua
yang diharamkanNya, dan berlaku bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya.
Nah, teguklah sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau
terbebas dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan
lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian terperbaruilah
dirimu menjadi pribadi yang rohaninya sehat dan sempurna.
KEEMPATBELAS:
BELIAU QS. BERKATA:
Wahai budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu
sendiri maqam para rabbani. Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah
penyembah Allah. Dambaanmu adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat.
Matamu hanya melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan
langit. Kau pencinta ciptaan, sedang mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada
yang di bumi, sedang hati mereka terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban
segala yang kau lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau lihat. Mereka
hanya melihat sang Pencipta segalanya, yang tak mungkin terlihat (oleh
mata-mata ini). Orang-orang ini meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan
mereka terjamin, sedang kau tetap menjadi korban nafsu duniawi.
Orang-orang ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi
dan kedirian. Dengan demikian, mereka melicinkan jalan bagi penghampiran mereka
kepada Tuhan Yang Maha besar, yang menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih
kemaujudan yang baik; kepatuhan kepada Tuhan. Inilah ridha Allah, yang
dianugerahkan-Nya kepada yang dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan
sebagai kewajiban mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa
mengalami kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan
keseharian mereka.
Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi
mereka, bagai syurga layaknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, mereka
melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini memberi daya
kepada bumi dan langit dan menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Karena
Tuhan mereka telah menjadikan mereka pasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung
yang berdiri kukuh. Orang-orang ini adalah yang terbaik di antara yang telah
diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah
melimpahi mereka, juga salam dan rahmat-Nya, selama bumi dan langit maujud.
AJARAN
KELIMABELAS:
BELIAU QS. BERKATA:
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu
tempat seperti masjid, yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari
manusia-manusia lain. Aku berkata kepada diriku: "Jika si anu hadir di
sini, tentu ia bisa mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk
yang benar, dan seterusnya", lalu terbayang olehku seorang yng saleh
tengah dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: "Kenapa
Anda diam ?" Jawabku: "Jika kalian berkenan, aku akan bicara".
Lanjutku, "Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan
meminta sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta
secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, harta di dalam
benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan
ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan
merendahkan (orang-orang). Ia naikkan derajat beberapa orang. Lalu, mereka yang
telah dinaikkan-Nya ke derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan
mereka ke derajat terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan
memelihara mereka di tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah
dilemparkan-Nya ke derajat terendah, diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan
diberi-Nya mereka harapan dinaikkan ke derajat tertinggi." Kemudian aku
terjaga dari mimpiku.
AJARAN
KEENAMBELAS
BELIAU QS. BERKATA:
Tidak
ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu
kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan perolehan. Manusia
termasuk penghalang bagimu dalam mencari rezeki yang sesuai dengan sunnah
Rasul, semisal bekerja mencari nafkah.
Selama bergantung pada manusia, selama itu pula kau
mengharapkan kesudian dan huluran tangan mereka, bahkan kau meminta dengan
bersedih hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini termasuk
syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimbal dengan (dosa
besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber rezekimu, semisal kehilangan
pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan ketergantungan dan pengemisanmu kepada
mereka dan berlindung kepada mata pencarianmu, hidup dengannya, dan lupalah
kamu akan ridha Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, malah lebih berbahaya
dari yang pertama, karena kemusyrikan semacam ini halus sekali sehingga sulit
dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas kedurhakaanmu ini, dengan makin
menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu,
membuang jauh-jauh segala kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua
ketergantungan kepada mata pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah
Pemberi Rezeki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari
nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rezeki sepenuhnya berada di
tangan-Nya, maka rezeki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain,
kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rezeki itu
datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang rezeki itu datang kepadamu
melalui ridha-Nya, hingga kau tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di
hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan
ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rezeki dengan ridha-Nya, seperti seorang
doktor merawat pesakitnya - sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak
menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan
kesenangan, maka tinggallah di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin
memberikan bahagianmu kepadamu, yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan
memang bukan hak orang lain, maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan
untuk meraih bagianmu, dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya.
Lalu, diberi-Nya kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu
disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti menyadarinya dan
bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan
mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu
tercerahkan, maqam derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya
kemampuan "melihat ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai
penghargaan atas harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai
rahmat dan petunjuk-Nya.
Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tidak sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tidak sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah berfirman:"Wahai Bani Adam, Akulah Allah,
tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku berfirman 'Jadilah', ia pun akan
maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika
berseru 'jadilah', ia pun akan maujud." Dan Ia telah membuat ihwal
serupa ini kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang
sangat diridhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
AJARAN KETUJUHBELAS
BELIAU QS. BERKATA:
Bila 'bersatu' dengan Allah dan mencapai kedekatan
dengan-Nya lewat pertolongan-Nya, maka makna hakiki 'bersatu' dengan Allah
ialah berlepas diri dari makhluk dan kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya,
tanpa gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana (peleburan),
dan dengannya itulah 'menunggal' dengan Tuhan. 'Bersatu' dengan Allah tentu tak
sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya. Bukanlah Ia telah menyatakan: "Tak
ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha mendengar lagi
Maha melihat." (QS. 42:11)
Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya.
'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini.
Pengalaman mereka berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan wali Allah,
terdapat suatu rahasia yang tak dapat diketahui oleh orang lain. Sering
terjadi, seorang murid menyimpan suatu rahasia yang tak diceritakannya kepada
sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh kadang merahasiakan sesuatu yang tak
diketahui si murid, walaupun mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang
pintu maqam rohani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang
menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang
inang pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi
baginya hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh
diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan.
Tapi, begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi
noda dan kerosakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana
yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat
lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun duka, ketakutan maupun
berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak
kau mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya ,
dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia maupun
di akhirat. Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan
oleh Raja sebuah kerajaan besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua
lengannya, menyalibkannya pada sebatang pohon pinus yang berada di tebing
sungai berarus deras, bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja
duduk di atas singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan
berbagai senjata bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan
salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang
melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali
tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu
dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat,
orang semacam ini tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati,
sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari keterpisahan sesudah 'bersatu',
dari keterasingan sesudah keakraban, dari ketersesatan sesudah memperolehi
petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap
hari airnya bertambah, dan itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala
kesenangan duniawi. Sedang anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan
ujian hidup manusia. Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia
yaitu berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya
mengatasinya. Bahkan semua karunia dan nikmat yang diterimanya,
dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena itu, bila seorang cerdik-cendekiawan
sudi menyigi masalah ini terus-menerus, maka ia akan memperolehi pengetahuan
tentang hakikat, bahwa tak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah
saw. Bersabda: "Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."
ihwal semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang
Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi saw.: "Dunia ini adalah penjara bagi
seorang Mukmin dan syurga bagi seorang kafir."
Beliau juga bersabda:
"Orang saleh terkekang." Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila
diingat hal ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan
sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau
lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu dilimpahkan
rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keridhoan-Nya.
AJARAN
KEDELAPANBELAS
BELIAU QS. BERKATA:
Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu
bencana yang menimpamu kepada siapa pun, baik kepada kawan maupun lawan. Jangan
pula menyalahkan Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang
ditimpakan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu.
Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji
syukur atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat
yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu
perihal kepedihan hidup.
Adakah ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT
berfirman: "Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup
menghitungnya." (QS. 14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima,
dan tak kau sadari! Jangan merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya,
dan jangan menceritakan hal ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kau tujukan
hanya kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak
memberi manfaat dan mudharat. Segala suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah
sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun
semata-mata karena kehendak-Nya. Dialah penentu derajat mereka. Barangsiapa
dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barangsiapa
dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah
berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun sanggup mencegahnya,
selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan kebaikan, tak seorang pun
sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah, bila kau mengeluh terhadap-Nya,
padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak, dan menutup mata atas yang kau
miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu,
mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat
hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi terhinakan di
mata-Nya.
Oleh karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun,
walau jasadmu digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah
dirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa
anak Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa
menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha pengasih, Maha adil, Maha sabar, Maha
pengasih, Maha penyayang, dan yang lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya,
melebihi seorang doktor yang sabar, pengasih, penyayang, ramah, yang juga
kerabat si pesakit. Dapatkah kau temui sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah
atau ibu yang berhati mulia.
Nabi Suci saw., telah bersabda:
"Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya
berbanding seorang ibu terhadap anaknya."
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku
terbaik.
Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya.
Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya.
Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah:"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).
Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya.
Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya.
Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah:"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).
Pengetahuan ihwal hakikat segala suatu tercabut dari
hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir. Oleh karena itu, jangan
berlebih-lebihan dalam membenci ataupun mencintai sesuatu. Ikutilah segala
ketentuan syariat dalam segala keadaan, jika kau benar-benar saleh. Setelah kau
jalani hal ini, maka ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah
selalu. Ridhalah atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan,
luruhlah ke dalam keadaan badal, ghauts dan shiddiq.
Bertolaklah senantiasa dari jalan nasib, jangan
berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu dan hasratmu (dengan
kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari segala keluhan. Bila hal ini telah kau
jalani, maka Tuhanmu mengurniamu kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan
bahagia, dan melindungimu, karena ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa,
noda dan kesalahan, maka tak layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari
dosa-dosa. Tidak seorang pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci
dari noda ujub, sebagaimana tidak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia
bersih dari noda dan bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus
dan pembersih diri. Nabi saw. Telah bersabda: "Demam sehari dapat menebus
dosa sepanjang tahun.”
AJARAN
KESEMBILANBELAS
BELIAU QS. BERKATA:
Bila kau lemah iman, bila dijanjikan
kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi, sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila
keyakinan dan kepastian ini jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka,
sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang
yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di sisi Kami." (QS.12:54), dan
menjadilah kau salah seorang yang terpilih, bahkan yang terpilih dari yang
terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan
pun bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau
menjadi bersih dari segala selain Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau
menjadi ridha kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat
menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya.
Maka kepadamu dijanjikan sesuatu, bila kau puas
dengan (janji) itu, dan tanda kepuasan ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke
janji lain yang lebih tinggi. Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan
dianugerahkan-Nya kepadamu rasa cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu
pintu-pintu hikmah, disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki,
makna perubahan janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan
kemampuan memelihara keadaan rohaniahmu.
Lalu, kepadamu dianugerahkan derajat rohani, yang
didalamnya dipercayakan kepadamu rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada,
ketercerahan hati, kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau
menjadi kesayangan semua makhluk, baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk
lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka orang
tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka
berada di dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah dihantarkan-Nya ke tempat
yang amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu,
maka nafsumu ini dimusnahkan dan dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh
dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di
dunia ini, akan dilimpahkan kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan
keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di
dalam taman yang abadi.
Tapi, bila selama ini kau tak berhasrat terhadap
sesuatu pun, tak berharap kepada siapa pun, tak condong kepada apa pun - karena
kau sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya
menyesatkan yang mencintainya - tapi, tujuanmu adalah
sang Khalik, yang telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala
suatu, yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu dilimpahkan
segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua diberikan
kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari semua hasrat duniawi,
dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat sebagaimana yang telah
kita bicarakan .
AJARAN KEDUAPULUH |
BELIAU QS. BERKATA:
Nabi Suci Muhammad saw. Bersabda:
"Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan dibenakmu, tentang yang
halal dan yang haram, dan ambillah segala yang tidak menimbulkan keraguan pada
dirimu."
Bila sesuatu yang meragukan, maka
ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun keraguan dan campakkanlah yang
menimbulkan keraguan. Nabi bersabda: "Dosa menciptakan kekacauan dalam
hati." Tunggulah, bila dalam keadaan begini, perintah batin. Bila kau
diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang,
maka jauhilah dan anggaplah itu sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke
pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, kepasrahan
dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak memerlukan diingat, Dia tak lupa
kepadamu dan selainmu. Ia yang Maha kuasa lagi Maha agung memberikan rezeki
kepada para kafir, munafik dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia
lupa kepadamu, duhai yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa
patuh kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang
dan malam.
Sabda Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala
yang menimbulkan keraguan di benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan
keraguan," memerintahkanmu untuk melecehkan yang ada di tangan manusia,
untuk tak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada
mereka, dan untuk menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu
ragu. Karena itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan
satu tujuan, yaitu Tuhanmu, Yang Maha perkasa lagi Maha agung, yang di
tangan-Nya kening para raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, berada -
yaitu bahwa hati(qalbu) mengendalikan tubuh - tubuh dan uang manusia adalah
milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.
Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal
itu atas izin, perintah dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan
darimu. Allah SWT berfirman: "Mintalah kepada Allah karunia-Nya."
"Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak
memberimu sesuatu pun karena itu, mintalah karunia dari Allah dan abdilah Dia
dan bersyukurlah kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang
berdoa bila ia berdoa kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan
menyahutmu." "Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan
kekuatan." "Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang
dikehendaki-Nya tanpa batas."
AJARAN KEDUAPULUHSATU |
BELIAU QS. BERKATA:
Aku melihat syaitan terkutuk dalam mimpi
seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar dan aku berniat
membunuhnya.
Lalu si syaitan itu berkata kepadaku,
"Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan,
maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan.
Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku
tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada di tanganku?"
Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot,
hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu
dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.
AJARAN KEDUAPULUHDUA |
BELIAU QS. BERKATA:
Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar
imannya. Jika iman seseorang kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang
Rasul lebih besar daripada cobaan seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi
daripada iman Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal.
Cobaan seorang badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang
diuji menurut kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda:
"Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji. Oleh
karena itu, Allah terus menguji pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa
berada di sisi-Nya dan tidak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan
mereka adalah orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan
pencinta takkan pernah ingin menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka
dan menjaganya dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup
mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka.
Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh,
kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka,
kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di
sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keredhaan
mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cobaan-Nya. Maka,
selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir
tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dan kesabaran,
dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang
sang beriman bersabar, ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur
kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya
pertolongan, karunia dan kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kamu
bersyukur tentu akan Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati
memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, kesyirikan
dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka,
kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan
ini. Namun, bila hati tak memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah
mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka
Allah menganugerahi jiwa dan hati kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan,
kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan
camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh
kewaspadaan, dengan tidak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya.
Tapi, tunggulah dengan sabar izin dari Allah agar kamu senantiasa selamat di
dunia dan di akhirat.
AJARAN KEDUAPULUHTIGA |
BELIAU QS. BERKATA:
Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau
miliki, hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan
yang lebih tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan
duniawi ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada
yang mengenakan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan
pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau
berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu.
Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau
berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada
keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya
terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah
berfirman: "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai
teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan."
(QS.6:129)
Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya
berdaulat, yang Maha kuat, yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya
berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang
kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya
dalam, yang Maha adil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi baik di bumi
maupun di langit dan tidak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni siapa pun yang
menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya."
(QS.4:48)
Berupayalah sekuat daya untuk senantiasa tidak
menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala
gerak dan diammu siang dan malam baik sendirian maupun bersama manusia.
Waspadalah terhadap segala bentuk dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu.
Hindarilah dosa yang tampak ataupun tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah,
sebab Ia akan mencengkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya,
sebab Ia akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tidak
dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar kau tidak dilupakan-Nya dan tidak
mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar kau tidak
dibinasakan-Nya; jangan berkata tentang agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau
tidak binasa, agar hatimu tidak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tidak
tercabut darimu, agar kau tidak dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa
nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular
serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian
hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.
AJARAN KEDUAPULUHEMPAT |
BELIAU QS. BERKATA:
Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang
Maha mulia lagi Maha agung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran.
Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan
kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendah hatian, dengan khusuk dan menunduk,
dengan tidak memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan
duniawi atau ukhrawi, tidak mengharapkan maqam yang lebih tinggi.
Camkanlah bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang
hamba serta segala miliknya adalah milik tuannya, sehingga ia tidak dapat
mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu.
Segala suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tidak satu pun dapat
memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tidak satu pun dapat memajukannya.
Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu
tempat tingggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan
akan menganugerahkan kepadamu karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat,
tiada telinga pernah mendengar dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah
berfirman: "Tiada jiwa pun yang tau apa yang disembunyikan bagi mereka,
yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas apa yang telah mereka
perbuat." (QS 32:17) yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka
kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal
duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia
melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus,
yang di dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tumbuhan dan buah-buahan mewujud.
Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang
serupa itu, yang menumbuhkan tumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan
segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya,
yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya,
maka tanah, tumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan
keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha agung
menghendakinya dihuni dan ceria.
Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya dan hampa
akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan
kesinambungan kemaujudannya tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau
lihat pada pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah
kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang
dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, yang kau dapati
padanya, - andaikata semua ini tercerabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka
pohon itu akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik
dan murtad, - jika Allah tidak mengirimkan bagi orang kaya ini tentara
kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan rohani, yang
memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan
dengan lenyapnya kekayaan dan karunia.
AJARAN KEDUA PULUH LIMA |
BELIAU QS. BERKATA:
Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang
darinya dunia dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang
lapar dan yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah
ke setiap sudut dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang
terjauhkan dari setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa
dengan segala keinginan dan kerinduan hati - jangan berkata bahwa Allah telah
membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah menjadi
musuhmu, telah membuatmu kacau, tidak mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu,
dan tidak mencukupimu di dunia ini, telah menggelapimu, tidak memuliakan namamu
di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya
siang dan malam, memuliakan mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu
sama-sama muslim dan mukmin dan nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang
manusia terbaik.
Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab
fitrahmu suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam
bentuk kesabaran, kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta
tauhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh
dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga
menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tidak perlu lagi
pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada
waktunya, entah kau suka atau tidak suka. Maka dari itu, janganlah serakah
terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal
atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang bukan milikmu tentu:
1) Ia akan menjadi milikmu, atau
2) Ia akan menjadi milik orang lain.
Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau
akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera.
Sedang yang bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan
menjauh darimu, sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman: "Dan
jangan kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami
cobai mereka dengan-nya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
(QS 20:131) Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu.
Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini
adalah cobaan, yang dengan-nya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan
bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini
sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah
berfirman:"Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka,
yaitu yang akan mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka
perbuat." (QS 32:17)
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian,
penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih
disukai oleh Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah
mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
AJARAN KEDUAPULUHENAM |
BELIAU QS. BERKATA:
Tabir penutup dirimu takkan tersingkap, selama kau
belum lepas dari ciptaan dan tidak memalingkan hatimu darinya dalam segala
keadaan hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan
kerinduanmu, selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan
yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur
Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau
menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan
kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari
benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi
dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang
berkepala, dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti,
kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya,
bukannya peluruh penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau
menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal
dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit
keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh
tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di
dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian,
dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak
manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan. Jika
ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus-menerus dan mereka tidak
mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan,
tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban
yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan
upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk
mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua
itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji-diri,
kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka kepadamu.
Juga, seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan
atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari
memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan
berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan
melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan
karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh
dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu.
Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan isterinya patut
baginya." (QS 21:90)
"Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada
isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami
imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan." (QS 25:74)
"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau
ridhai." (QS 19:6)
Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tidak
masalah kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu
dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini,
dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini
mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan
bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah,
kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau
akan terpahalai, asalkan kau memperolehinya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis
sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa. Dan kau
akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para
sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan
kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tidak mampu
membedakan antara yang layak dan yang tidak layak, dan antara kabar burung
dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada
kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah,
perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah
dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah!
Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu!
Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir
dan kau kami bawa ke depan .
Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu,
kemudian kau dimasukkan ke dalam samudera nikmat, kelembutan dan kasih sayang,
dan dipakaikan dengan pakaian nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau
didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari keperluan,
dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata:"Sesungguhnya kamu pada
sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS
12:54) Lalu tersingkaplah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa
dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir'aun. Jelaslah, itulah
lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah
pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir,
juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, rohani, nalar, kedekatan
dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya.
Allah berfirman:
"Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf
kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka." (QS
12:56)
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan
rohani, Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan
kami."(QS 12 :24)
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
"Yang demikian ini adalah sebagian dari yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama
orang-orang yang tak beriman kepada Allah." (QS 12:37)
Bila kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau
dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa,
dan perintah yang mempengaruhi rohani dan yang bukan rohani, dan teranugerahi
daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum
tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di syurga yang tinggi.
AJARAN KEDUAPULUHTUJUH |
BELIAU QS. BERKATA:
Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah
dari dua cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis,
sedang cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu,
tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini
dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah
kedua cabang ini, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan
cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu,
sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan
buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku
begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan
oleh buah pahit ini. Bila kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai
negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa,
sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya,
bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya,
kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka
kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya
tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa
manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia,
meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan
tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan
bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan
terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari
Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang
kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan
penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah
adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi
Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau
lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia
berfirman bahwa masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka,
sedang kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan
kasih-sayanng-Nya. Nabi saw. Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke
dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri." Ia ditanya: "Termasuk
Anda, Ya Rasulullah?" Ia berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak
mengasihiku." Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas
kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi
perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu
dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari
segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah
berfirman: "Demikianlah agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan
kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami," (QS 12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa
Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah bencana yang akan menimpa orang yang beriman
lagi bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab
ia berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman:
"Jika kamu bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami)
bagimu." (QS 14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api
neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api
bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan
melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak
jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia
diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh
ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan
dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia
kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang
tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman:"Allah tak menciptakan bagi
manusia dua hati." (QS 33:5) "Sesungguhnya para raja, bila mereka
memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan penduduknya."
(QS 27:34)Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan
atas hati berada (di awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan
oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh merdeka,
rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjadi bersih. Kini hati telah
bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi arena kecerahan
dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi
saw. Bersabda: "Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di
antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya.""Aku
lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada
kamu."
Siapa pun yang dekat dengan raja harus semakin
berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi
Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang
terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi
dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu,
bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar,
sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun
menyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan ke
patuhannya kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai
istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan
dilipatgandakan siksaan kepada mereka." (QS 33:30)
Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini,
karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan
menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang yang
dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya."Tiada
menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat."(QS 42:11)
AJARAN KEDUAPULUHDELAPAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS.
BERKATA:
Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian
terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu,
harapan akan balasan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam
dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan;
wahai yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung.
Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa
butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu. Itulah kontrak kebebasan seorang
hamba sahaya; selagi masih ada satu penny pun padanya, kau tertutup darinya.
Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud
dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan
sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat -
selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu
peluruhan diri. Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau
dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terpakainkan, terhiasi dan menjadi
harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan agung dan berkata:
"Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi
seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)
Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan
rahmat-Nya, diberi minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang
rahasia. Kemudian kau terbebaskan dari keperluan, karena yang diberikan kepadamu
berasal dari hal-hal ini dan terbebaskan dari keperluan segala suatu. Tidakkah
kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi dan petang, di
tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang
minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor?
Kemudian kepingan-kepingan ini dikumpulkan dan memasukkan ke dalam tempat
peleburan logam; lalu kepingan-kepingan ini meleleh dalam kobaran api,
dikeluarkan darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus,
diperintah, dan kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di
balik kunci, dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan
sebuah jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian,
kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para
raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman,
jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan berpasrah terhadap
takdir-Nya, maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai
pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan serta rahasia, dan akan
dikaruniai tempat damai di akhirat bersama dengan para Nabi, shiddiq, syahid
dan shalih dalam kedekatan Allah, dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya,
sembari mereguk kasih-sayang-Nya. Maka dari itu, bersabarlah, jangan
terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh
terhadap-Nya. Jika kau lakukan yang demikian, ,maka kau akan merasakan
kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan
karunia-Nya.
AJARAN KEDUAPULUHSEMBILAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Nabi Suci saw. bersabda: "Kefakiran mendekatkan
kepada kekafiran."
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan
segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh
bahwa apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun
yang tidak mencapainya, tidakakan datang kepadanya, dan bahwa:
"Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan
rezeki yang tidak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS 65:2-3)
Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan
kesenangan; lalu Allah mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa
dengan penuh kerendah dirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.:
"Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran," berlaku. Maka Allah
bermurah kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungnya, terus
memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta memuji
Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan
musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia
menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan
meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak beriman kepada Allah,
mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya. Mengenai orang
semacam ini, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling sengsara,
pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di
kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal
semacam itu."
Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan
yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung
kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan
pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan pilihan-Nya
dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya,
manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada
orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam
kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang
siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang nampak, kadang tidak nampak; dan
menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.
AJARAN KETIGAPULUH |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Betapa sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan,
apa yang mesti kugunakan (untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu.
Jangan melampaui batasmu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang
telah memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang beriman, bersabarlah,
senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah." (QS
3:199)
Ia telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai
orang-orang beriman, untuk berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh,
untuk senantiasa ingat dan untuk menjadikan hal ini sebagai kewajiban. Ia
kemudian memperingatkanmu terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya,
"Jagalah senantiasa kewajibanmu terhadap Allah," dan ini berkenaan
dengan pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa
bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw.
bersabda:
"Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala
dan tubuh."
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan
kadarnya, tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah
berfirman:
"Sesungguhnya kesabaran akan diberi pahala yang
tak terhingga." (QS 39:10)
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan
sabar, dan memperhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia
akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
"Barangsiapa menjaga kewajibannya terhadap
Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat, dan memberinya rezeki yang tak
diduganya." (QS 65:123)
Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Alah,
hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu
kecukupan dalam firman-firman-Nya:
"Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia
mencukupi-Nya." (QS 65:3)
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah
bersama mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
"Demikianlah Kami balas mereka yang berbuat
kebajikan terhadap yang lain." (QS 6:85)
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab
Ia berfirman:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat
kebajikan terhadap orang lain." (QS 3:133)
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan
keselamatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai
kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan
Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai gagal
meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar
di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tidak berlalu darimu.
AJARAN KETIGAPULUHSATU |
BELIAU QS. BERKATA:
Jika kau dapati hatimu membenci atau mencintai
seseorang, telaahlah perilakunya dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau
perilakunya dibenci oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan
dengan Allah dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan
kau memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau
membencinya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang Maha kuasa
lagi Maha agung, menentang Nabi-Nya, dan menentang kedua pewenang ini. Maka
berpalinglah kepada Allah, bertaubat dan mohonlah kepadanya kecintaan kepada
orang itu dan para pilihan Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah
dengan Allah dalam mencintainya. Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. yaitu,
menelaah perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata
disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya
tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: "Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah." (QS 38:26)
AJARAN KETIGAPULUH DUA |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Betapa sering kau berkata, "Siapa pun yang
kucintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui
ketidakhadiran, kematian, permusuhan, kebinasaan ataupun lenyapnya
kekayaan." Tidakkah kau tahu, wahai yang beriman kepada Allah, yang
kepadanya Allah menganugrahkan karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan oleh
Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya Allah
cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri. Kenapa kau ingin menjadi
milik selain-Nya. Belumkah kau dengar firman-Nya:"Ia mencintai mereka,
mereka pun mencintai-Nya." (QS 5:54)"Dan tak Kuciptakan jin dan
manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku." (QS 51:56)
Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila
Allah mencintai seorang hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia
memeliharanya." Ia ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana
pemeliharaan-Nya?" Ia berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan
atau anak."
Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang
dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian
terbagikan antara Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala
suatu. Lalu ia dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya
Sendiri. Maka kebenaran firman Allah akan terbukti: "Ia akan mencintai
mereka, dan mereka akan mencintaiNya." (QS 5:54)
Sampai akhirnya hati (qolbu) menjadi
bersih dari segala selain Allah dan berhala-berhala seperti istri, harta, anak,
kesenangan dan kerinduan akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan rohani,
taman-taman surga, maqam rohani dan kedekatan dengan Allah - tiada tujuan dan
kehendak di hatinya. Maka, hati (qolbu)nya akan menjadi
seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya tiada cairan pun bisa
tinggal. Sebab, ia kini telah diremuk-redamkan oleh tindakan Allah dan
kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan
menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka, tiada kehendak
akan sesuatu mampu mendekati hati/qolbunya. Tiada harta, anak, istri, sahabat,
keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya, semua
itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda kemuliaan
dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya, rahmat dan karunia-Nya,
dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada-Nya. Dengan demikian,
orang-orang ini termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari
Allah ini, yang akan menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam
kehidupan ini dan di akhirat.
AJARAN KETIGAPULUHTIGA |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Ada empat jenis manusia.
Yang pertama, tidak berlidah dan tidak berhati.
Mereka adalah manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tidak pernah ingat kepada
Allah. Tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagai sekam tidak berbobot,
jika Allah tidak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan
pada-Nya Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah
manusia-manusia sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah
penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka.
Hiasilah dirimu dengan ma'rifat. Jadilah guru
kebenaran, pembimbing ke jalan agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa
kau mesti mendatangi mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan
memperingatkan mereka akan dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di
jalan Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi
Suci saw. berkata kepada Ali r.a.:
"Jika Allah membimbing seseorang melalui
pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari
terbit."
Yang kedua, berlidah tapi tak berhati. Mereka
berbicara bijak, tapi tidak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah,
tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi
mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain
kesalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila
sendirian, mereka bagai serigala berpakaian. Inilah manusia yang tentangnya
Nabi memperingatkan. Ia bersabda:
"Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku
takuti, oleh pengikut-pengikutku, iaitu orang berilmu yang jahat."
Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu.
Maka dari itu, menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tidak
terseret oleh manis lidahnya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan
kebusukan rohani serta hatinya akan membinasakanmu.
Yang ketiga, berhati tapi tidak berlidah, dan
beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan
tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar
akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah
yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: "Barangsiapa senantiasa diam, maka ia
memperolehi keselamatan." "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah
terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an." Maka,
orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, memiliki
keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang baik ada padanya.
Nah, ingatlah, bahwa kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini,
layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan
berilah ia hal-hal yang akan menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian
ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok
sahabat dan hamba saleh-Nya disertai rahmat-Nya.
Yang keempat ialah manusia yang diundang ke
dunia ghaib, yang dipakaikan kemuliaan.
"Barangsiapa mengetahui dan bertindak
berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia
diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia."
Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah
dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya,
dan Ia menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari
yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya,
memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan
pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja dijalan-Nya,
penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan
perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan
yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya diterima, seorang shiddiq
dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan Allah, yang bagi mereka
limpahan rahmat Allah.
Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada
maqam di atas ini, kecuali maqam para nabi. Adalah kewajibanmu untuk
berhati-hati, agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak
melecehkan ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan
kebersamaan dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada
selainnya; kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang
membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah kupaparkan bagimu bahwa
manusia dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika
kau punya jiwa yang terus-mata. Selamatkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau
ingin sekali menyelamatkannya dan mencintainya.
Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya
di dunia dan di akhirat!
AJARAN KETIGAPULUH EMPAT |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu,
menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tidak
adil, menahan rezeki, tidak menjauhkan musibah. Tidakkah kau tau bahwa setiap
kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa
dimajukan atau ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, sehingga datang
kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tidak berlalu, sehingga datang kemudahan.
Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah
kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau
membalas dendam seseorang tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi
dalam hubungan antara hamba-Nya. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung,
sepenuhnya esa. Ia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat.
Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi
Maha agung, bijak dalam bertindak dan tiada ketakselarasan dalam tindakan-Nya.
Ia tidak melakukan sesuatu pun tanpa arti dan main-main. Adalah tak layak
menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada tindakan-Nya. Lebih baik menunggu
kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga
tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim
dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.
Nah, jika kau memohon tibanya cahaya siang selama
kian memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian
memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau
kehendaki atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka
doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tidak layak. Kau
akan dibiarkan meratap, longlai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini,
senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala
milikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau perolehi.
Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya.
"Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60).
"Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya." (QS 4:32). Mohonlah
kepada-Nya, maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila
dikehendaki-Nya, dan bila hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu
dan akhirat.
Jangan salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan
doamu. Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau
juga tak rugi. Jika Ia tidak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini,
maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa
pada Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal
yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan dari
doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tidak dikabulkan. Maka dari itu,
ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya.
Jangan memohon kepada selain-Nya.
Maka, setiap saat, baik siang maupun malam, sehat
atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan:
1) Tak meminta, ridha dan pasrah kepada
kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau
seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo,
yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya.
Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puja-puji meluncur darimu, dan
limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana
firman-Nya:
"Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan
Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS 14:7)
Tapi, jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran
dan kepatuhan meluncur darimu dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan
oleh-Nya, keteguhan hati, pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya,
sebagaimana firman-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya Allah bersama orang yang
sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan
menentang hawa nafsumu, tidak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu
terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan
pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya
dengan kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap
kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi
penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: "Berilah kabar
baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata:
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah
yang dikaruniai rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah
pengikut-pengikut jalan kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian,
dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah
kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu
untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai
sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung
dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tidak
menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu.
Nah, perhatikanlah perbedaan antara dua keadaan ini. Jangan berada di luar
keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak
berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia
tidak akan memperhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah
berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat,
dengan siksa yang amat pedih.
Maha besar Allah! Wahai yang tau keadaanku!
Kapada-Mu lah aku beriman.
AJARAN KETIGAPULUH LIMA |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Berpantang dari segala yang haram adalah wajib
bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas
darinya, kecuali dengan kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas
agama adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah
keserakahan. Sayyidina Umar ibn Khattab Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa berpantang dari sembilan per
sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke
dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari
hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa."
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk
menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki
sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal
yang dilarang-Nya."
Maka, orang yang berbeda di sekitar padang itu,
boleh memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang
pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik
berbanding orang yang berada di pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup
baginya, hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu
istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tentaranya dekat dengannya. Tapi,
bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka
ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh,
bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah
akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas
dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian
merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal
kebajikannya akan menjadi saksi baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak
menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia
terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan
tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama dengan para
setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang dari jalan kebenaran.
Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum bertaubat, maka ia akan
binasa, jika Allah tidak mengasihinya. Jadi, bahaya terletak pada
keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan kewajiban
AJARAN KETIGAPULUH ENAM |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Jadikanlah kehidupan setelah matimu sebagai modal
dan kehidupan duniawimu sebagai keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih,
habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau
buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai
keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan setelah
mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk
mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tidak
layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan
kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu
dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tidak memiliki yang terbaik dari kehidupan
ini dan kelak, sehingga kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin
kebajikan, dan tidak memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu
dalam kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya,
dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan duniawi
dan ukhrawi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala
kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya Allah menyelamatkan di dunia ini
demi akhirat, sedang keselamatan di akhirat tidak dimaksudkan demi kehidupan
duniawi ini."
Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah
kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya.
Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan
tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan
kau perolehi, yaitu syurga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi
kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau perolehi, sebab segala suatu
patuh kepada Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi
dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu; kau akan kehilangan
akhirat, dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya
bahagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi
bersabda:
"Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri;
jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu."
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya sebagian darimu menyukai
kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat." (QS 2:151)
Kesemua ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak
akhirat. Nah, anak siapakah kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau
lihat satu kelompok di neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di
tempatnya, pada satu hari yang, kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun.
Sedang sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan,
buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es,
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis:
"Mereka akan melihat tempat mereka di syurga,
sampai Allah selesai meminta pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan
memasuki syurga sebagaimana mereka memasuki rumah mereka di dunia ini."
Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan
dunia dan berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam
dalam berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam
hal-hal duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang
akan terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan
Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang,
pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah
ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan
keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah
berfirman:
"Segala yang dibawa oleh Nabi kepadamu,
terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah kepada
Allah." (QS 48:7)
"Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah
(kepaderian-penyunting), padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka."
(QS 57:27)
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut
hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu
berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah."
"Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka
Allah akan mencintaimu." (QS 3:30)
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan
perilakunya.
Nabi Suci saw bersabda: "Berupaya adalah
jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku."
Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya.
Jika imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti
menggunakan keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha
kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Dan kepada Allah lah kau mesti berharap."
"Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang
beriman kepada-Nya." (QS 3:158)
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman
kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda:
"Barangsiapa berbuat sesuatu yang tidak kami perintahkan, maka perbuatannya
itu tertolak."
Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya
Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat.
Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa
nafsu serta setan tidak menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia
akan memalingkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan
sunnah Nabi. Sedang kebinasaan terletak di luar keduanya, dan dengan
pertolongan keduanya ini, hamba Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
AJARAN KETIGAPULUH TUJUH |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kau iri
terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperolehi rahmat-rahmat dari
Tuhannya? Tidakkah kau tau bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu,
mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau
dengar sabda Nabi bahwa Allah berfirman: "Seorang yang iri hati adalah
musuh rahmat Kami"?
Belumkah kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya,
keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan
bakar"? Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang?
Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah
baginya, maka berarti kau tidak selaras dengan firman-Nya:
"Kami karuniakan di antara mereka rezeki
mereka di kehidupan duniawi ini." (QS 43:32)
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini,
yang menikmati karunia Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah
dijadikan-Nya sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari
bagian itu kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh
selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman Kami takkan berubah, dan Kami tidak
menzalimi hamba-hamba Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala
yang telah ditentukan-Nya bagimu dan takkan memberikannya kepada selainmu.
Maka, lebih baik bagimu iri terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti
emas, perak dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu,
seperti 'Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi - daripada iri
terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja
yang memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai
negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan pribadi dan
menikmati aneka kesenangan, tapi tidak iri terhadap raja ini, sedang terhadap
seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang
bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan,
dan hidup dengannya: orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya,
menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya,
tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan
nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang
ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang
mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak
mematuhi Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tidak memanfaatkan
karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumkah kau dengar keterangan
ini:"Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada
Hari Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan
gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari
kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya,
kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik
matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya.
Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah
naungan Arsy Allah, sembari makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu
dalam menghadapi nasibmu dan keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga
Allah menjadikanmu orang yang sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas
rahmat-Nya dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
AJARAN KETIGAPULUH DELAPAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan
ikhlas dan sungguh-sungguh, berarti ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan
malam. Wahai manusia , jangan mengaku kepunyaanmu segala yang tidak kau miliki.
Esakanlah Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu
sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu. Dan siapa pun
yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya.
AJARAN KETIGAPULUH SEMBILAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Melakukan sesuatu karena nafsu, bukan karena
perintah Allah, berarti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran.
Melakukan sesuatu, bukan karena nafsu, berarti selaras dengan kebenaran, sedang
mencampakkannya, berarti kemunafikan.
AJARAN KEEMPATPULUH |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA:
Jangan berharap menjadi saleh, jika kau belum
menjadi musuh kedirianmu, dan benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu,
dan terlepas dari semua hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan
kediamanmu, dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraan dan
dengan diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang
berasal darimu, sebelum kemaujudan rohanimu mewujud dalam dirimu. Dan semua itu
akan kau dapat setelah kemaujudan rohani bersemayam di dalam dirimu, sebab ini
menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi seorang yang suci
jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan yang ghaib dari segala yang
ghaib, maka kau benar-benar berbeda dengan segala yang rahasia, dan mengakui
segala suatu sebagai musuh, penghalang dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as
berkata:
"Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku,
kecuali Tuhan semesta alam." (QS 26:77)Dia berkata begini terhadap
berhala-berhala. Maka pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu
pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka
kau akan dikaruniai hikmah, ma'rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang
dimiliki para beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan
dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa Allah; kau mendengar
melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya,
senang dan damai melalui-Nya. Dengan demikian, kau akan tuli terhadap segala
suatu selain-Nya: sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga
kau mengetahui hukum dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu
kekeliruan ada padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan
dipermainkan oleh setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah
ia, dan jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah,
sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
AJARAN KEEMPATPULUH SATU |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang
kelimpahan, dan kami berkata, "Tidakkah kau lihat seorang raja yang
menjadikan seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya pakaian
kehormatan, bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai
yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan
sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka,
datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah
dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang
sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus
menderita, terhina dan sengsara, akibat ketakabburan dan kesia-siaannya,
dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang
raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan
memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya,
dianugerahkan kembali pakaian kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai
gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia.
Kemudian ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan
dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu
kasih-sayang, kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata
tidak pernah melihat, yang telinga tidak pernah mendengar, yang hati manusia
tidak tau akan hal-hal ghaib dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan
dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan
diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak
bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia
sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, yang berupa
makanan, minuman, pakaian, isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan
pemerhati terhadap hukum dan tindak pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan
ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba
beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di
dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah
membukakan baginya pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, harta, isteri,
anak, dan mencabut darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya
sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia
melihat hal-hal yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia
melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk
menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tidak diterima. Jika ia memohon
janji baik, ia tidak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tidak tau
tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tidak bisa menafsirkannya dan tidak
tau tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia, ia tidak
mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak
berdasarkan pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang
tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini,
dan kembali kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar
dikaruniakan pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah
yang dialaminya, permohonannya itu pun tidak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai
sirna, maksud-maksud serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan
segala suatu menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga
sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia
mendengar panggilan jiwa kepadanya:"Hentakanlah kakimu, inilah air yang
sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu
Allah mengalirkan samudera kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat
dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam
segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan
baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan rohaniah, menyempurnakan lahiriahnya
melalui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan rohaninya dengan
kelembutan dan karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya,
hingga ia menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tidak
pernah melihat, yang telinga tidak pernah mendengar dan yang tidak pernah
tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tau yang disembunyikan bagi
mereka, yang akan mengenakkan mata mereka, balasan bagi yang telah mereka
perbuat." (QS 32:17)
AJARAN KEEMPATPULUH DUA |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Keadaan rohani manusia itu: bahagia dan duka. Bila
duka, maka timbul kecemasan, keluhan, ketaksenangan, penyalahan terhadap
perilaku buruk, dosa karena menyekutukan sang Pencipta dengan makhluk dan
sarana-sarana duniawi, dan akhirnya kekafiran. Bila bahagia, ia menjadi korban
kerakusan, kehinaan hawa nafsu. Bila nafsu diperturutkan, ia pun menginginkan
yang lainnya dan meremehkan karunia yang dimilikinya; maka ia tidak menghargai
karunia-karunia ini dan meminta karunia yang lebih baik lagi, sehingga hal ini
menempatkannya dalam rangkaian kesulitan yang tidak berakhir di dunia atau di
akhirat, sebagaimana dikatakan:
"Sesungguhnya siksaan paling pedih yaitu bagi
pengupayaan yang bukan bagiannya."
Maka, bila ia dirundung kesulitan yang dikehendaki
hanyalah sirnanya kesulitan itu. Ia menjadi lupa akan segala karunia, dan tidak
menghendaki sesuatupun dari hal ini. Bila ia dikaruniai kebahagiaan hidup, maka
ia kembali menjadi sombong, rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan tenggelam
dalam dosa. Ia pun lupa akan kesengsaraannya ini dan bencana, yang korbannya
adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk daripada kala
ia diharu-biru aneka musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas dosa-dosanya,
agar ia terjauhkan dari hal-hal ini dan menahannya dari perbuatan dosa di
kemudian hari, setelah kemudahan dan kesenangan tidak mengubahnya, tetapi
keselamatannya terletak dalam musibah dan kesulitan.
Andai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu
darinya, teguh dalam kepatuhan, bersyukur dan menerima nasibnya dangan senang
hati, maka hal itu lebih baik baginya di dunia dan di akhirat. Maka, hidupmu
akan kian bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di
dunia dan di akhirat, maka ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghindar
dari mengeluh kepada orang, dan memperolehi kebutuhannya dari Tuhannya, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, dan membuatnya sebagai kewajiban untuk
mematuhi-Nya, harus menantikan kemudahan dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya,
Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Ia, betapa pun, lebih baik ketimbang seluruh
makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi karunia,
Penghukuman-Nya menjadi rahmat, musibah dari-Nya menjadi obat, janji-Nya
terpenuhi. Kemurahan-Nya merupakan kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu
kebajikan. Tentu, firman-Nya, di kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan
terhadapnya "Jadi," maka jadilah ia. Maka, seluruh tindakan-Nya baik,
bijak dan tepat, kecuali bahwa Ia menyembunyikan pengetahuan tentang
ketepatan-Nya dari hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri begini. Maka, lebih baik
dan layak bagi para hamba untuk berpasrah dan mengabdi kepada-Nya, iaitu dengan
menunaikan perintah-perintah-Nya, menghindari larangan-larangan-Nya, menerima
ketentuan-Nya dan mencampakkan belaian makhluk - sebab hal ini merupakan sumber
segala ketentuan, menguatnya mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab
dan masa (kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya.
Pernyataan ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Abbas, yang dikutip oleh Ata bin Abbas.
Katanya:"Ketika aku berada di belakang
Rasulullah (saw), beliau berkata kepadaku, "Anakku, jagalah kewajiban-kewajiban
terhadap Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah kewajiban-kewajiban terhadap
Allah, maka kau akan mendapati-Nya di depanmu.' "
Nah, jika kau memerlukan pertolongan, mintalah
kepada-Nya. Pena menjadi kering setelah menuliskan segala yang akan terjadi.
Dan jika hamba-hamba Allah berupaya keras memberimu sesuatu yang tidak Allah
tentukan bagimu, maka mereka takkan mampu melakukannya. Jika hamba-hamba Allah
berupaya keras merugikanmu, padahal Allah tidak menghendakinya, maka mereka
takkan berhasil.
Nah, jika kau dapat bertindak berdasarkan
perintah-perintah Allah dengan sepenuh iman, lakukanlah. Tapi, jika kau tidak
mampu melakukan yang demikian, maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang
tidak kau sukai, sembari mengingat bahwa di dalamnya banyak kebaikan.
Ketahuilah, bahwa pertolongan Allah datang melalui kesabaran dan keridhaan, dan
dalam kesulitan itu ada kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis
ini sebagai cermin bagi hatinya, sebagai pakaian lahiriah dan rohaniah, sebagai
slogan, dan hendaklah berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar
selamat di dunia dan di akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaan darinya,
dengan kasih-sayang Allah, Yang Maha mulia.
AJARAN KEEMPATPULUH TIGA |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Barangsiapa meminta sesuatu dari manusia, berarti ia
tidak tahu akan Allah, lemah iman, lemah pengetahuan tentang hakikat, dan tidak
sabar; sedang barangsiapa tidak meminta, berarti ia sangat mengetahui akan
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, kuat imannya, kian bertambah
pengetahuan tentang-Nya dan ketakwaan kepada-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha
agung.
AJARAN KEEMPATPULUH EMPAT |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Sesungguhnya doa orang yang berpengetahuan rohani
kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha Agung, tidak dikabulkan, dan setiap
janji yang dibuat kepadanya tidak dipenuhi, agar ia tidak hancur karena
keterlalu-optimisan. Sebab setiap keadaan atau maqam rohani mempunyai ketakutan
dan harap. Dengan demikian, orang yang berpengetahuan rohani mengalami
kedekatan dengan-Nya, sehingga ia tidak menghendaki sesuatu pun selain Allah.
Maka permohonan (sang pengabdi) agar doanya diterima dan janji kepadanya
dipenuhi, bertentangan dengan jalan dan keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tidak diatasi
oleh harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan
kebaikannya dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal
itu sama dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sebab tidak satu pun di dunia
ini sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi. Karena inilah, Ia tidak
selalu mengabulkan doanya dan tidak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar
ia tidak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi
perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan
dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat
kesyirikan. Tetapi bila doanya selaras dengan perintah, maka hal itu
mendekatkan manusia kepada Allah, semisal shalat, puasa, kewajiban-kewajiban
lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan
kepada perintah.
AJARAN KEEMPATPULUH LIMA |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Ketahuilah bahwa ada dua macam manusia. Yang pertama
ialah manusia yang dikaruniai kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah
manusia yang diuji dengan ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan
duniawi, tidak bebas dari noda dosa dan kegelapan dalam menikmati yang mereka dapatkan
itu.
Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan karunia
duniawi ini. Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui
aneka musibah yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia
hidup sengsara, dan tampak seolah-olah ia tidak pernah menikmati sesuatu pun.
Ia lupa akan kesenangan dan kelezatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka
seolah-olah ia tidak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami
musibah, maka seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh
pengabdian terhadap Tuhannya.
Nah, jika ia telah tau bahwa Tuhannya sepenuhnya
bebas bertindak sekehendak-Nya, mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan,
menghinakan, menghidupkan, mematikan, memajukan dan memundurkan - jika ia telah
tau semua ini, maka ia tidak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan
duniawi dan tidak merasa bangga karenanya, juga tidak berputus asa akan
kebahagiaan di kala duka. Perilaku salahnya ini disebabkan juga oleh
ketaktahuannya akan dunia ini, yang sebenarnya tempat ujian, kepahitan,
kejahilan, kepedihan dan kegelapan. Jadi kehidupan duniawi itu bak pohon
gaharu, yang rasa pertamanya pahit, sedang rasa akhirnya manis seperti madu,
dan tiada seorang pun dapat merasakan manisnya, sebelum ia merasakan pahitnya.
Tidak seorang pun dapat mengecap madunya, sebelum ia tabah atas kepahitannya.
Maka, barangsiapa tabah atas cobaan-cobaan duniawi, maka ia berhak mengecap
rahmat-Nya.
Tentu, seorang pekerja mesti diberi upah setelah
keningnya berkeringat, tubuh dan jiwanya letih. Maka, bila orang telah merasa
semua kepahitan ini, maka datang kepadanya makanan dan minuman lezat, pakaian
yang bagus dan kesenangan meski sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang
bagian pertamanya ialah kepahitan, bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur
dengan kepahitan, sehingga si pemakan tidak mungkin mencapai dasar bejana, dan
yang dimakannya hanyalah madu murninya sampai ia mengecap pucuknya.
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras
menunaikan perintah Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menjauh dari
larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah merasa kepahitannya,
menahan bebannya, berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan
maksud-maksud pribadinya, maka Allah mengurniainya, sebagai hasil dari ini,
kehidupan yang baik, kesenangan, kasih-sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia
walinya dan menyuapinya persis seperti seorang bayi yang disuapi, yang tidak
berdaya, yang tidak berupaya keras di dunia dan di akhirat, yang juga seperti
pemakan pucuk pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bagian bawah isi bejana.
Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikaruniai oleh Allah, untuk tidak
merasa aman dari cobaan-Nya, untuk tidak merasa yakin akan kekekalannya, agar
tidak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata:
"Kebahagiaan duniawi merupakan sesuatu yang
ganas; maka jinakkanlah ia dengan kesyukuran."
Jadi, mensyukuri rahmat berarti mengakui sang
Pemberinya, Yang Maha pemurah, yaitu Allah, senantiasa mengingatnya, tidak
mengklaim atas-Nya, tidak mengabaikan perintah-Nya, dan diiringi dengan
penunaian kewajiban terhadap-Nya, yakni mengeluarkan zakat, membersihkan diri,
bersedekah, berkorban sebagai nazar, meringankan beban penderitaan kaum lemah
dan membantu mereka yang memerlukan , yang mengalami kesulitan dan yang
keadaannya berubah dari baik menjadi buruk, yaitu, yang masa-masa bahagia dan
harapannya telah berubah menjadi kedukaan. Bersyukurnya anasir tubuh atas
rahmat berupa digunakannya anasir tubuh itu untuk menunaikan perintah-perintah
Allah dan mencegah diri dari hal-hal yang haram, dari kekejian dan dosa.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tanamannya
dan memacu tumbuhnya dahan dan dedaunannya; mempercantik buahnya, memaniskan
rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakkan pemetikannya dan membuat rahmatnya
mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya,
seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang
kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, dan menganugerahinya kehidupan abadi di taman-taman
syurga bersama dengan para Nabi Suci, shiddiq, syahid dan shalih - inilah suatu
kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan
lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya
fatamorgananya, yang kesemuanya bagai hembusan sepoi angin dingin di pagi musim
panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking; dan menjadi lupa akan
bisa mautnya dan tipuannya - kesemuanya ini akan menghancurkannya - orang
seperti itu mesti diberi berita gembira tentang penolakan, kehancuran yang
segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Cobaan atas manusia - kadang berupa hukuman atas
pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatnya. Kadang berupa
pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam rohani manusia, yang
baginya rahmat Tuhan semesta terkaruniakan sebelumnya, yang melalukannya dari
bencana dengan kelembutan, sebab cobaan semacam itu tidak dimaksudkan untuk
menghancurkan dan mencampakkannya ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah
mengujinya untuk dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan
bersih dari kesyirikan, kebanggaan diri, kemunafikan, dan membuat karunia,
sebagai pahala baginya, dari berbagai pengetahuan, rahasia dan nur.
Nah, bila orang ini menjadi bersih rohani dan
jasmani, dan hatinya menjadi suci, berarti Ia telah memilihnya di dunia ini dan
di akhirat - di dunia ini yakni melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui
jasmaninya. Maka segala bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus
hubungan dengan manusia, sarana duniawi dan dambaan-dambaan, dan menjadi
pelebur kesombongan, ketamakan dan harapan akan imbalan syurga atas penunaian
perintah-perintah.
Cobaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya
kekurang sabaran atas cobaan-cobaan ini, dengan mengaduh dan mengeluh kepada
orang. Cobaan yang berupa penyucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan
maujudnya kesabaran, ketak-mengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian
perintah-perintah, ketak engganan dan kepatuhan. Cobaan yang berupa pemuliaan
maqam menunjukkan adanya keridhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi
dan langit, dan penafian diri sepenuhnya dalam cobaan ini, hingga saat
berlalunya.
AJARAN KEEMPATPULUH ENAM |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Nabi Suci s.aw. bersabda dari
Rabnya:
"Barangsiapa senantiasa
mengingat-Ku dan tidak sempat minta sesuatu pun dari-Ku, maka akan Kuberikan
kepadanya yang lebih baik daripada yang Kuberikan kepada mereka yang
meminta."
Hal ini dikarenakan bila Allah menghendaki seorang
mukmin bagi maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melalukannya melalui aneka
keadaan rohani, dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia
membuatnya sedih setelah senang, dan membuatnya hampir minta kepada orang,
sedang tiada jalan terbuka baginya; lalu menyelamatkannya dari meminta dan
membuatnya hampir meminjam kepada orang.
Lalu Ia menyelamatkannya dari meminjam, dan
membuatnya bekerja mencari nafkah dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia
dengan perolehannya, dan hal ini selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit mendapatkan
rezeki dan memerintahkannya, lewat ilham, untuk meminta kepada manusia. Inilah
sebuah perintah tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan.
Dan Ia membuat permintaan ini sebagai pengabdiannya dan berdosa melecehkannya,
sehingga keangkuhannya pupus, kediriannya hancur, dan inilah pembinaan rohani.
Permintaannya karena dipaksa oleh Allah, bukan karena kesyirikan. Lalu Ia
menyelamatkannya dari keadaan begini, dan memerintahkannya untuk meminjam
kepada orang, dengan perintah yang kuat yang tidak mungkin lagi dielakkan,
sebagaimana halnya dengan keadaan meminta.
Lalu Ia mengubahnya dari keadaan ini, menjauhkannya
dari orang dan hanya bertumpu pada permintaannya kepada-Nya. Maka ia meminta
kepada Allah segala yang diperlukannya. Ia memberinya, dan tidak memberinya
jika ia tidak memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah menjadi
meminta lewat hati. Maka ia meminta kepadanya segala yang dibutuhkannya,
sehingga bila ia memintanya dengan lidah, Ia tidak memberinya, atau bila ia
meminta kepada orang, mereka juga tidak memberinya.
Lalu Ia menafikannya dari dirinya dan dari meminta
baik secara terbuka maupun tersembunyi. Maka Ia mengkaruniainya segala yang
membuat orang menjadi baik, - segala yang dimakan, diminum, dipakai dan
keperluan hidup tanpa upaya atau tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya,
dan ini sesuai dengan ayat: "Sesungguhnya waliku adalah Allah yang telah
menurunkan Al-Kitab dan Ia adalah wali para saleh." ("S 7:196)
Maka firman Allah yang diterima oleh Nabi saw.
menjadi kenyataan, yakni, "Barangsiapa tidak sempat meminta sesuatu
dari-Ku, maka Aku akan memberinya lebih dari yang Kuberikan kepada mereka yang
meminta," dan inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan yang dimiliki
oleh para wali dan badal. Pada peringkat ini, ia dikaruniai daya cipta, dan
segala yang dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana firman-Nya di
dalam Kitab-Nya: "Wahai anak Adam! Aku adalah Tuhan, tiada tuhan
selain-Ku; bila Kukatakan kepada sesuatu "jadilah", maka jadilah ia.
Patuhilah Aku, sehingga bila kau berkata kepada sesuatu "jadilah",
maka juga, jadilah sesuatu itu.
AJARAN KEEMPATPULUH TUJUH |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
"Seorang tua bertanya kepadaku dalam mimpiku:
"Apa yang membuat seorang hamba Allah dekat kepada Allah?"
Aku berkata: "Proses ini berawal dan berakhir, awalnya yaitu kesalehan dan akhirnya yaitu keridhaan kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya kepada-Nya."
Aku berkata: "Proses ini berawal dan berakhir, awalnya yaitu kesalehan dan akhirnya yaitu keridhaan kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya kepada-Nya."
AJARAN KEEMPATPULUH DELAPAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA
Seorang mukmin, pertama-tama, menunaikan yang wajib.
Bila ia telah menunaikan yang wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bila ia
telah menunaikan keduanya, maka ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila
seseorang belum melaksanakan yang wajib, sedang ia melaksanakan yang sunnah,
maka hal itu merupakan kebodohan, takkan diterima dan ia akan hina. Ia seperti
orang yang diminta untuk mengabdi kepada raja, namun ia tidak mengabdi
kepadanya, tapi ia mengabdi kepada hamba sang raja yang berada di bawah
kekuasaannya. Diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib Kw., bahwa Nabi Suci saw.
berkata: "tentang Ibarat orang yang menunaikan yang sunnah, padahal ia
belum menunaikan yang wajib, ialah seperti wanita hamil yang keguguran di kala
akan melahirkan. Dengan demikian, ia tidak hamil lagi dan tidak jadi menjadi
ibu."
Begitu pula dengan orang yang beribadah, yang Allah
tidak menerima penunaiannya akan yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib.
Hal ini juga seperti usahawan yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun
sebelum ia mengelola modalnya. Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang
sunnah, yang takkan diterima jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang
wajib. Begitu pula dengan orang yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan
hal-hal yang tidak ditentukan oleh aturan apa pun. Nah, di antara
kewajiban-kewajiban itu ialah penjauhan dari yang haram, dari mengabaikan
ketentuan-Nya, dari menimpali suara manusia, dari mengikuti kehendak mereka,
dari berpaling dari perintah Allah, dan dari Ketakpatuhan kepada-Nya. Nabi saw.
bersabda: "Tiada kepatuhan, selagi masih berbuat dosa terhadap
Allah."
AJARAN KEEMPATPULUH SEMBILAN |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Barangsiapa lebih menyukai tidur daripada
shalat malam, yang membawa ke arah ketakwaan, bearti ia memilih sesuatu yang
buruk, sesuatu yang mematikannya dan membuatnya acuh tak acuh terhadap segala
keadaan. Sebab, tidur adalah saudara kematian. Karenanya, Allah tidak tidur,
sebab Ia bersih dari segala kecacatan. Begitu pula dengan para malaikat, sebab
mereka senantiasa amat dekat dengan Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung.
Begitu pula dengan penghuni langit, sebab mereka sangat mulia dan suci, sebab
tidur akan menghancurkan keadaan hidup mereka. Jadi, kebaikan terletak pada
keberjagaan, sedang keburukan terletak pada ke-tidur-an dan ketak acuhan
terhadap upaya.
Nah, barangsiapa makan, minum dan tidur berlebihan,
maka lenyaplah kebaikan dari dirinya. Barangsiapa makan sedikit dari yang
haram, maka ia serupa dengan orang yang makan banyak dari yang halal. Sebab
sesuatu yang haram menggelapi iman. Bila iman gelap, maka doa, ibadah dan jihad
tak maujud. Barangsiapa makan banyak dari yang halal berdasarkan perintah
Allah, maka ia menjadi seperti orang yang makan sedikit dengan penuh
pengabdian. Jadi, sesuatu yang halal ialah cahaya yang ditambahkan pada cahaya,
sedang sesuatu yang haram ialah kegelapan yang ditambahkan pada kegelapan, yang
didalamnya tiada kebaikan; maka makan sesuatu yang halal dengan berlebihan,
tidak merujuk kepada perintah, adalah seperti makan sesuatu yang haram, dan hal
itu menyebabkan tidur, yang di dalamnya tiada kebaikan.
AJARAN KE-50 |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kau mungkin dekat kepada Allah atau jauh
dari-Nya.
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah
diri, tidak berupaya mendapatkan rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan
diri di dunia dan di akhirat. Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap.
Sayap pertama berupa penolakan akan kesenangan,
keinginan-keinginan tidak halal; sayap kedua berupa penanggungan kepedihan,
hal-hal tidak menyenangkan dan menjauhkan diri dari keinginan duniawi dan
ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat kepada-Nya. Maka kau perolehi
segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau menjadi demikian terhormat dan
mulia. Jika kau termuliakan dengan kelembutan-Nya, menerima cinta-Nya, dan
menerima kasih sayang-Nya, maka tunjukkanlah perilaku terbaik dan jangan
berbangga diri dengan semua itu, agar kau tak lalai mengabdi, tak angkuh, tak
lazim dan tak tergesa-gesa. Allah berfirman:
"Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
bodoh." (QS. 33:72)
"Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa."
(QS. 17:11)
Lindungilah hatimu (qalbumu) dari kecondongan kepada
orang dan keinginan-keinginan yang telah kau campakkan, dari ketidak-sabaran,
dari ketidak-selarasan dan dari ketidak-ridhaan kepada Allah di kala ditimpa
musibah. Campakkanlah dirimu ke hadapan-Nya dengan sikap seperti bola di kaki
pemain polo yang menggelindingnya dengan stiknya, bagai jasad mati di hadapan
orang yang memandikannya, dan bagai bayi di pangkuan ibu.
Butalah terhadap segala selain-Nya agar tidak kau lihat
sesuatu pun selain-Nya - tiada kemaujudan, kemudharatan, manfaat, karunia dan
penahan karunia. Anggaplah orang dan sarana duniawi di kala menderita dan
ditimpa musibah sebagai cambuk-cambuk-Nya yang dengan keduanya Ia mencambukmu.
Dan anggaplah keduanya di kala suka sebagai tangan-Nya yang menyuapimu.
AJARAN KE-51 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Orang saleh menerima pahala dua kali lipat. Pertama,
karena penolakannya akan dunia, sehingga ia tidak terpesona olehnya,
bertentangan dengan kedirian, dan memenuhi perintah Allah, sehingga ia
terpilahkan darinya. Bila ia menjadi musuh diri, maka ia menjadi pentahkik
kebenaran, pilihan Allah, badal dan arif (yang tahu kebenaran). Maka ia
diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab kini dalam dirinya maujud
sesuatu yang tidak dapat dibuang dan tidak tercipta dalam orang lain. Setelah
hal itu tertulis, pena takdir menjadi kering, dan tentangnya Allah telah tahu
sebelumnya. Bila perintah telah dipenuhi, maka ia mengambil bagian duniawinya
atau, dengan menerima ma'rifat, ia berhubungan dengan dunia dengan berlaku
sebagai wahana takdir dan tindakan-Nya, tanpa keterlibatannya, tanpa
keinginannya dan tanpa upayanya - ia diberi pahala karena hal ini untuk kedua
kalinya, karena ia melakukan semua ini demi mematuhi perintah Allah.
Bila dikatakan - bagaimana mungkin kau menyatakan
tentang pahala orang yang telah berada pada maqam rohani yang sangat tinggi dan
yang, menurutmu, telah menjadi badal dan arif, telah lepas dari orang,
kedirian, kesenangan, kehendak dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang
yang hanya melihat di dalam semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah,
kasih-Nya, rahmat-Nya, pemudahan-Nya dan pertolongan-Nya, dan orang yang
percaya bahwa ia hanyalah hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan
melihat bahwa dirinya, gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya.
Bisakah dikatakan, tentang orang semacam itu bahwa ia diberi pahala, mengingat
ia tak meminta upah atau sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya,
dan tidak melihat sesuatu tindakan sebagai berasal darinya, tapi memandang
dirinya sebagai orang yang hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan
demikian, maka jawabannya adalah: "Kamu telah berkata benar, tapi Allah
menganugerahkan rahmat-Nya baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan
membesarkannya dengan kasih, kelembutan dan karunia-Nya; bila ia telah menahan
tangannya dari hal-hal, dari dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang
disisihkan bagi kehidupan dan dari menepis kemudharatan yang timbul darinya,
maka ia menjadi seperti bayi yang tidak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang
diasuh dengan kelembutan rahmat-Nya dan rezeki dari-Nya lewat tangan kedua
orang tuanya, yang menjadi pembimbing dan penjaminnya."
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan
dalam hal-halnya, maka Ia membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan
kasih dan sayang-Nya di hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong
kepadanya dan memperlakukannya dengan baik. Dengan begini segala selain Allah
menjadi tak berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya,
menghamba kepada-Nya di dunia dan di akhirat untuk menjaganya dari segala
musibah. Nabi Saw, bersabda:
"Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang
telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) dan Dia melindungi orang-orang
saleh."
AJARAN KE-52 |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Allah menguji sekelompok mukmin yang menjadi
khalifah-khalifah-Nya dan yang memiliki ilmu rohani, agar mereka berdoa
kepadanya, dan Dia senang menerima doa-doa mereka.
Bila mereka berdoa, Ia senang menerima doa mereka,
agar bisa Ia anugerahi kemurahan haknya, sebab ia memohon kepada Allah Yang
Maha perkasa lagi Maha agung di kala mereka berdoa untuk menerima doa mereka,
dan kadang-kadang tidak segera diterima, bukan karena ditolak. Maka sang hamba
Allah mesti menunjukkan sikap baik di kala ditimpa musibah, dan menelaah apakah
ia telah mengabaikan perintah atau melanggar hal-hal terlarang, secara nyata
atau tersembunyi, atau menyalahkan ketentuan-Nya, karena lebih sering ia diuji
sebagai hukuman atas dosa-dosa semacam itu.
Bila musibah berlalu, dia mesti selalu berdoa,
berendah diri, meminta maaf dan memohon kepada Allah, karena mungkin ujian itu
dimaksudkan untuk membuatnya terus berdoa dan memohon; dan ia tidak boleh
menyalahkan Allah karena penundaan pengabulan doanya sebagaimana telah kami
bicarakan.
AJARAN KE-53|
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Mintalah kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya,
atau kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak
kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan
sarana untuk dicintai-Nya. Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di
dunia ini dan di akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan
Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu
berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu.
Bila hal itu tidak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan
hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: "Di antara siksa
paling besar ialah berupaya meraih yang tidak ditentukan oleh-Nya."Dan
bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan
tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya karena meraih segala
selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha agung adalah syirik. Orang yang
berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi, tidak tulus dalam cinta dan
persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi
tindakannya adalah tidak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya
untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta,
pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya
dan patut diabdi, dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya,
mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan
upayanya. Hamba dan segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana
telah kami nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan karunia-Nya
atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya
mengatasinya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik
daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras
meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila
kenikmatan duniawi berlimpah tidak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan
haus akan hal-hal yang tidak dimaksudkan bagi mereka? Bagian duniawi mereka
tampak pincang, kecil dan menjijikkan,dan bagian duniawi yang lain nampak indah
dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya
meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan
daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi
habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan
kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam
meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka
gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di
akhirat, kareana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk
mengabdi kepada-Nya. Mereka tidak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya
membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk
orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, puas dengan
karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka
tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Maha
mulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. Semoga Allah
menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam
kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan rohani untuk melakukan
yang dikehendaki-Nya.
AJARAN KE-54|
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Barangsiapa menghendaki kehidupan
akhirat, maka wajib baginya mengabaikan dunia. Barangsiapa menghendaki Allah,
maka wajib baginya mengabaikan kehidupan akhirat. Ia harus mencampakkan
kehidupan duniawinya demi Tuhannya.
Selama keinginan, kesenangan dan upaya duniawi dan
di dalam hatinya seperti makan, minum, berpakaian, menikah, tempat tinggal,
kendaraan, jabatan, ketinggian dalam pengetahuan tentang lima pilar ibadah dan
hadis dan penghafalan Al-Quran dengan segala bacaan, bahasa dan retorikanya,
begitu pula keinginan akan lenyapnya kemiskinan, maujudnya kekayaan, berlalunya
musibah, datangnya kesenangan, hilangnya kesulitan dan datangnya kemudahan -
jika keinginan semacam itu masih bersemayam di dalam benak orang, maka itu
tentu bukan seorang saleh, kareana dalam segala hal ini ada kenikmatan bagi
diri manusia dan keselarasan dengan kehendak jasmani, kesenangan jiwa dan
kecintaannya. Hal-hal ini merupakan kehidupan duniawi, yang di dalamnya orang
senang kebaikan, dan dengannya orang mencoba mendapatkan kepuasan dan
ketentraman jiwa.
Orang harus berupaya meniadakan hal-hal ini dari hatinya,
dan mempersiapkan diri untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa,
dan berupaya bersenang dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di
dalam hatinya kesenangan mengisap biji kurma, sehingga pematangannya dari
kehidupan duniawi menjadi suci.
Bila ia telah menyempurnakannya, segala dukacita
hatinya dan kecemasan benaknya akan sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan,
kehidupan yang baik dan keintiman dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi
saw.: "Mengabaikan dunia menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani."
Tapi selama masih ada di dalam hatinya kesenangan
kepada dunia ini, maka dukacita dan ketakutan tetap bersemayam di dalam
hatinya, dan kehinaan mengiringnya, begitu pula keterhijaban dari Allah Yang
Maha perkasa lagi Maha agung, oleh tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini
tidak beranjak, kecuali melalui kecintaan akan dunia ini dan pemutusan
darinya.
Ia harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tidak
menghendaki kedudukan dan derajat tinggi, pembantu-pembantu cantik,
rumah-rumah, kendaraan, pakaian, hiasan, makanan, minuman, dan hal-hal lain
sejenisnya, yang disediakan oleh Allah Yang Maha besar bagi hamba-hamba
beriman-Nya.
AJARAN KE-55|
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kesenangan hidup dicampakkan tiga kali.
Pada awalnya sang hamba Allah berada dalam
kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak berdasarkan dorongan-dorongan
alaminya dalam segala keadaan, tanpa sikap pengabdian terhadap Tuhannya dan
tanpa memperhatikan hukum agama. Dalam keadaan begini, Allah memandangnya penuh
kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya pengingat dari sesamanya, seorang hamba
saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga terdapat dalam dirinya sendiri. Kedua
pengingat ini jaya atas dirinya, dan peringatan menimbulkan pengaruh pada
jiwanya. Maka noda yang ada padanya, seperti memperturutkan kehendak dirinya
dan penentangannya terhadap kebenaran, sirna. Maka condonglah ia kepada hukum
Allah dalam segala gerak-geriknya.
Menjadilah sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan
hukum-Nya, lepas dari alamnya, membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula
hal-hal yang meragukan dan pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang
halal dalam makan, minum, berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain:
dan semua ini sangat mungkin bagi kesehatan jasmani dan bagi mendapatkan
kekuatan untuk mengabdi kepada-Nya, agar ia bisa memperolehi bagian dan orang
tak bisa melampauinya - takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih
dan menyempurnakannya. Maka ia berjalan di atas jalur kebenaran dalam keadaan
hidupnya, sehingga hal ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan
menjadikannya pembukti kebenaran dan orang pilihan, yang memiliki pernyataan
yang kukuh, yang haus akan hakikat, yaitu Allah. Maka ia makan dengan perintah-Nya,
dan (sang salik) mendengar suara Allah di dalam dirinya berkata,
"Campakkanlah dirimu dan campakkanlah kesenangan dan ciptaan, jika kau
menghendaki sang Pencipta. Lepaskanlah sepatu dunia dan akhiratmu. Nafilah dari
segala kemaujudan, hal-hal yang akan maujud dan segala dambaan.
Lepaslah dari segala suatu. Berbahagialah dengan
Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlasan dalam kehendak. Mendekatlah
kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan
duniawi, orang-orang dan kesenangan." Bila ia meraih maqam ini, maka ia
menerima pakaian kemuliaan dan aneka karunia. Dikatakan kepadanya, pakailah
dirimu dengan rahmat dan karunia, jangan berburuk-laku menilai dan menampik
keinginan-keinginan, kareana penolakan terhadap karunia raja sama dengan
menekannya dan meremehkan kekuasaannya. Maka ia terselimuti karunia dan
anugerah-Nya tanpa berupaya.
Sebelumnya ia terkuasai oleh keinginan-keinginan dan
dorongan-dorongan dirinya. Maka dikatakan kepadanya, "Selimutilah dirimu
dengan rahmat dan karunia Allah." Maka baginya empat keadaan, dalam meraih
kenikmatan dan karunia. Yang pertama ialah dorongan alami, ini tidak
halal. Yang kedua ialah hukum, ini diperbolehkan dan absah. Yang
ketiga adalah perintah batin, ini adalah keadaan para wali dan pencampakan
keinginan. Yang keempat ialah karunia Allah, ini adalah keadaan
lenyapnya tujuan dan tercapainya badaliyya dan keadaan menjadi objek-Nya, yang
berdiri di atas ketentuan-Nya; ini adalah keadaan tau dan keadaan memiliki
kesalehan, dan tidak seorang pun bisa disebut saleh, jika ia belum meraih maqam
ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah: "Sesungguhnya Waliku adalah Allah
yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang saleh
(baik)."(QS. 12:196).
Menjadilah ia seorang hamba yang tertahan dari
menggunakan sesuatu, memanfaatkan diri dan dari menolak sesuatu yang mudharat
baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan perawat dan seperti jasad mati yang
sedang dimandikan orang. Maka Allah membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa
upayanya, ia lepas dari segala hal ini, tidak berkeadaan atau bermaqam, tidak
berkehendak melainkan berada di atas ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang
memudahkannya, kadang membuatnya kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tidak
punya pilihan, dan tidak menghendaki berlalunya keadaan dan perubahannya.
Sebaliknya, ia menunjukkan keridhaan abadi. Inilah keadaan rohani terakhir yang
dicapai oleh para badal dan wali.
AJARAN KE-56|
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bila hamba Allah telah lepas dari ciptaan,
keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tidak
menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha perkasa lagi Maha agung, dan
segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh
ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima karunia-Nya melalui rahmat-Nya.
Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tidak pernah
menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilih Allah Yang Maha
kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, ridha dengan
keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tidak melihat suatu kemaujudan pun
selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka Allah menjanjikan
kepadanya dan tidak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sama hamba dalam
hal ini tidak datang kepadanya, kareana keterpisahan lenyap dengan lenyapnya
kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi
kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada janji atau pun
pengingkaran janji dalam hal ini, karena hal ini ada pada orang yang
berkeinginan.
Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi
Maha agung terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang
yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah
kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi
Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang
membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami
hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik.
Tidakkah kau tahu bahwa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)
Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak,
kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di
dalam Al-Quran Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut:
" Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah
menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan
bukan karena hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu
siksaan yang besar atas yang kau lakukan."(QS.8:67-68)
Nabi saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa
menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia
menggerakkannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya
dengan firman-firman-Nya:
"Tidakkah kau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas
segalanya?" (QS.2:106) Dengan kata lain, kamu berada di samudera
ketentuan-Nya, yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini,
kadang ke sana. Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah
wali dan badal selain maqam Nabi.
Maka janganlah coba mendapatkan balasan, atas
sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung di dunia ini
atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan
kemurahan-Nya. Maka Ia akan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan
kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai karunia dan
kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap
kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna,
dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tidak terlihat oleh mata, yang
tidak terdengar oleh telinga, dan yang tidak terpikirkan oleh manusia, yang
sungguh tidak dapat difahami dan tidak dapat dijelaskan.
AJARAN KE-57|
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Segala pengalaman spiritual merupakan pengekangan,
sebab sang wali diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu. Segala yang
diperintahkan untuk dijaga menimbulkan pengekangan. Berada dalam ketentuan
Allah merupakan kemudahan, sebab yang diperintahkan hanyalah memaujudkan diri
dalam ketentuan-Nya. Sang wali tidak boleh bersitegang dalam masalah
ketentuan-Nya. Ia harus selaras dan tidak boleh bertentangan dengan segala yang
terjadi pada dirinya, entah manis atau pahit. Pengalaman itu terbatas, maka
dari itu diperintahkan untuk menjaga pengalaman itu. Di lain pihak, kehendak
Allah, yang merupakan ketentuan, tidak terbatas.
Isyarat bahwa hamba Allah telah mencapai
kehendak-Nya dan kemudahan ialah diperintahkan-Nya ia untuk meminta
kenikmatan-kenikmatan setelah diperintahkan untuk mencampakkannya dan menjauh
darinya, sebab bila rohaninya hampa akan kenikmatan, dan yang tinggal dalam
dirinya hanyalah Tuhan, maka ia dimudahkan dan diperintahkan untuk meminta,
mendambakan dan menginginkan hal-hal yang menjadi haknya dan yang bisa ia
peroleh melalui permintaannya akan hal-hal itu, sehingga harga dirinya di mata
Allah, kedudukannya dan karunia Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung, dengan
diterimanya doanya, menjadi kenyataan. Menggunakan lidah untuk meminta
kenikmatan sangat menunjukkan hal setelah pengekangan dan keluar dari segala
pengalaman, kedudukan dan dari upaya keras menjaga batas.
Bila ditolak bahwa lenyapnya kesulitan dalam menjaga
hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya:
"Abdilah Tuhanmu sampai kematian datang
kepadamu." (QS.15:99)
Jawabku ialah bahwa hal ini tidak berarti begitu dan
takkan begitu, tetapi bahwa Allah amat pemurah dan wali-Nya amat dicintai-Nya,
sehingga Dia tidak dapat mengizinkannya untuk menduduki suatu kedudukan hina di
mata hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu,
menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas
hukum. Maka ia terlindung dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas
hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tidak sadar akan
keadaan ini dikarenakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya
kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia adalah salah satu dari hamba-hamba
terpilih kami." (QS.12:24)
"Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku kau tidak
berkuasa." (QS.15:42)
"Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan."
(QS.37:40)
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan
oleh Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan
kedekatan dan kasih-sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana
bisa kekejian mendekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan
kelembutan sempurnanya! Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan
kasih-sayang sempurna sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari
dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan karunia-karunia
sempurna-Nya melalui tindak kasih-sayang-Nya!
AJARAN KE-58 |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Butalah terhadap segala hal. Tutuplah
matamu terhadap sesuatu pun dari hal-hal itu. Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal
itu, maka karunia dan kedekatan Allah SWT akan tertutup bagimu.
Oleh karena itu, tutuplah segala hal dengan
kesadaranmu akan keesaan Allah dan dengan peniadaan diri. Maka akan tampak oleh
mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan kedua mata hatimu
ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur keyakinan teguhmu.
Pada saat itu cahaya rohanimu akan mewujud pada lahiriahmu bak cahaya sebuah
lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya sehingga sisi luar
rumah menjadi cerah oleh cahaya dari dalam. Maka diri dan anasir tubuh akan
merasa ridha dengan janji Allah dan karunia-Nya.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat
aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketak-acuhan dan
kebodohanmu, agar ia tidak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tidak
bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan
tertutup bagimu dan karunia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran
kesyirikanmu.
Nah, bila telah kau sadari keesaan-Nya, telah kau
lihat karunia-Nya, kau hanya berharap kepada-Nya dan telah kau butakan dirimu
terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya,
akan mengasihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan,
akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu karunia-karunia, akan menolongmu,
akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaan serta dari dirimu
sendiri, dan akan membuatmu tiada, sehingga kau takkan melihat baik kemiskinan
maupun kekayaanmu.
AJARAN
KE-59 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Jika
kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan
bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar
kau bisa ridha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan
akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan
rohaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila
kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati maupun anasir
tubuh.
Bersyukurlah
lidah berupa pengakuan bahwa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari
menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat
sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana sampainya rahmat.
Pemberi dan pencipta sejati rahmat yaitu Allah, Yang Maha kuasa lagi maha
agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tidak
memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi
orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang
tidak bersikap selayaknya:
"Mereka
mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh
lalai." (QS 30:7)
Barangsiapa
memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tidak melebihi ini,
adalah jahil dan rusak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk orang yang
memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahwa
segala rahmat, kesenangan dan milik yang kau punyai, berasal dari Allah Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu melalui
lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:
"Dan
apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)
"Dan
(Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)
"Dan
jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu
menghinggakannya." (QS 14:34)
Nah,
dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi karunia selain Allah. Dan
bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi
perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali
makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk
dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah
kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, berarti kau menyimpang
dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang
diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Barangsiapa
tidak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim." (QS 5:45)
Dengan
begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tidak
tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk
selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah, menjauhlah;
segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.
Jagalah
keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tidak bisa lepas
dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah maupun keadaan
bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan
yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada
sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan
Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan
yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan
lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau
berarti menyekutukan-Nya.
Tidak satu
pun berhak atas milikan-Nya, tidak satu pun mampu memberikan mudharat, manfaat,
atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyembuhkan dan
memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh ciptaan, baik
secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar
dan ridhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.
Jika
rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan
kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan
dirimu dan akan menjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui
rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan
berganti dengan karunia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu
terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelap malam dan datang cerahnya
siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan
aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka kesabaran
adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang
terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan iman."
Ambillah
pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha mulia
menghendaki, maka kau akan terbimbing.
AJARAN
KE-60 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Awal
kehidupan rohani berupa keterlepasan dari kedirian, keberadaan dalam arena
hukum, dan kembali kepada kedirian setelah mampu menjaga hukum. Lepaslah dari
kedirian, semisal makan, minum, berpakaian, menikah, tempat-tinggal, dan
kecenderungan-kecenderungan dan masuklah ke dalam hukum. Ikutilah Kitabullah
dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman:
"Ambillah
yang dibawa nabi kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya."
"Katakanlah:
jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu."
(QS.3:31).
Bila telah
terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik lahiriah maupun batiniah, maka
yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada lahiriahmu hanyalah
kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini kemudian menjadi sikap, pakaian,
gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam perjalanan, di rumah, dalam
kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala keadaan. Maka dibawalah kau ke
lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.
Berlepaslah
dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak
kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindung dan terselamatkan di
tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya
diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah berfirman:
"Sesungguhnya,
telah Kami turunkan pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaga."
(QS.15:90)
"Demikianlah,
agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka
perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan
kasih-Nya.
AJARAN
KE-61|
Bismillahirrahmanirrahiim.....
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Setiap
mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya,
sebagaimana Nabi Suci bersabda:
"Sesungguhnya,
si mukmin itu waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang
kepadanya)."
"Seorang
mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah
segala yang tidak menimbulkan keragu-raguan."
Seorang
mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan
segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh
perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma'rifat, bila ia seorang
badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.
Lalu
datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang,
perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan dengan keadaan
sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan pemudahan, sedang pada
keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah
keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal yang
diperlukan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini, sang
mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala
kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Maha mulia berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian;
sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka sang
hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang
kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan
demikian selaras dengan kehendak dan ridha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini.
Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar,
yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu
kenabian.
AJARAN
KE-62|
Bismillahirrahmanirrahiim...
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Sungguh
aneh, kenapa sering berkata, si fulan dekat kepada Allah, si fulan
teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin, si fulan
senantiasa sehat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si fulan
terpuji, si fulan tercela, si fulan terpercaya dan si fulan tidak bisa
dipercaya! Tidakkah kau tau, bahwa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan
mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui
selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi tidak benar dan sia-sia. Akibatnya,
cinta kepada-Nya melalui di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan
orang lain dari membantumu, dan lidah mereka dari memujimu, dan kaki mereka
dari mengunjungimu, agar mereka tidak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah
kamu sabda Nabi Suci saw?
Hati
mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia
tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sadari keesaan-Nya,
mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tidak melihat
kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan
dari segala selain Allah.
Melimpahlah
karunia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di akhirat.
Janganlah
berburuk-laku: Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang memerhatikanmu,
cintailah yang mencintaimu, hulurkanlah tanganmu kepada yang menjagamu dari kejatuhan,
yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang menyelamatkanmu dari
kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang akan melepaskanmu
dari kebusukan iri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu, dari penggalang
jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.
Berapa
lama kau akan jijik dengan hewanimu, ciptaan, ketakpatuhan, dunia, kehidupan
setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang
Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir,
tempat, kembali, yang milik-Nyalah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi
karunia?
AJARAN
KE-63 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Ku berkata
dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri
sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan
kedirian!" Bertanyalah seseorang di sampingku, "Pernyataan apakah
ini?" "Itulah suatu pengetahuan rohani," jawabku.
-----
AJARAN
KE-64 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Suatu
hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku
menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di
dalamnya tiada kematian."
Aku
ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan apakah
yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku
dari sesamaku, sehingga aku tidak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan
kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi
dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam kehidupan
setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam ini semua. Kehidupan yang
tidak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku
tidak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku
dengan-Nya.
-----
AJARAN
KE-65|
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kenapa
marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau katakan bahwa tidak
boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi
permohonanmu kepada-Nya tidak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah
engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman.
Jika kau katakan bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda
penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada
seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau
salahkankah Dia? Jika kau tidak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam
menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia
telah memilihkan yang terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, berarti kau tidak
beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketidak-adilan, dan mustahil Dia
tidak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik
berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketidak-adilan" tidak layak
bagi-Nya. Sebab ketidak-adilan ialah keikut-campuran dalam kepunyaan orang
lain, tanpa seizin pemiliknya.
Nah,
jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski
tidak kau sukai dan secara lahiriah merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur,
bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketidak-patuhan
benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib
pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat
yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya,
bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Dan,
salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketidak-patuhan
terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan kepada dirimu
sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal
ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah
kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu
sendiri, nisbahkanlah ketidak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman
Allah:
"Adakah
Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?" (QS.4:147)
"Ini
dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap
hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Sesungguhnya
Allah tidak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri."
(QS.10:44)
Bacakanlah
bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi.
Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab
kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
Karena aku
telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.
AJARAN
KE-66 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Jangan
berkata: "Aku tidak mau memohon sesuatu kepada Allah, sebab bila yang
kumohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang kepadaku, entah diminta
atau tidak. Bila hal itu bukan bagianku, Dia tidak akan memberikannya kepadaku,
walau kuminta." Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang kau inginkan,
asalkan yang kau minta itu tidak terlarang dan tidak merusak, sebab Allah telah
memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya. Dia berfirman:
"Mintalah
kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan permintaanmu." (QS.40:60)
"Mintalah
Kepada-Nya karunia-Nya." (QS.4:32)
Nabi
bersabda:
"Mintalah
kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu diterima."
"Berdoalah
kepada Allah dengan kedua tapak tanganmu."
Masih
banyak sabda Nabi seperti ini. Jangan berkata: "Sesungguhnya aku telah
memohon kepada-Nya, tapi Ia tidak mengabulkannya, maka aku tidak akan lagi memohon
sesuatu pun kepada-Nya." Berdoalah selalu kepada-Nya. Jika sesuatu telah
ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu, setelah kau minta.
Maka hal itu akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan menolongmu menjauh
dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari berpaling kepada-Nya dalam
segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahwa segala kebutuhanmu terpenuhi
oleh-Nya.
Jika
sesuatu tidak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan membuatmu ridha
kepada-Nya, meski kau miskin dan sakit, Dia membuatmu senang dengan kesulitan
yang menimpamu itu. Bila berhutang, Dia buat hati si pemberi hutang tersebut
lembut terhadapmu, hingga kau lunasi hutang itu. Bila permohonanmu tidak
dikabulkan di dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.
Dia tidak
akan mengecewakan pendo'a kepada-Nya di dunia dan di akhirat. Nabi bersabda
bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari Pengadilan,
amal-amal yang tidak dilakukannya. "Taukah kamu amal-amal itu?"
"Aku tidak tahu," jawab si mukmin. Maka dikatakan kepadanya:
"Sesungguhnya, amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu di dunia,
sebab dalam berdoa kepada Allah Maha kuasa lagi Maha agung, kau senantiasa
mengingat-Nya, mengEsakan-Nya, menempatkan sesuatu pada tempatnya, berbuat
kebajikan kepada sesamamu, tidak menisbahkan daya kepada diri sendiri dan tidak
pongah. Semua ini menjadi amal-amal saleh, untuk itulah ada balasannya dari
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung."
AJARAN
KE-67|
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bila kau
bertanya melawan dan berhasil mengatasi diri, maka Allah membangkitkannya
kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan, baik yang diharamkan maupun
yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi diri, sampai pahala
tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna sabda Nabi saw:
"Kita
telah kembali dari jihad kecil, dan menuju jihad besar."
Ia berkata
bahwa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah makna
firman Allah:
"Mengabdilah
kepada Tuhanmu, hingga kepastian (kematian) datang kepadamu." (QS.15:99)
Allah
telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini bertentangan
dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak oleh diri yang menginginkan
sebaliknya, hingga datang kepastian (kematian). Bila ditanya: "Bagaimana
mungkin diri Nabi menolak pengabdian, padahal ia tidak punya kedirian?"
Allah berfirman: "Ia tidak berbicara dengan kehendaknya sendiri, tapi
dengan wahyu." (QS.53:84)
Ia
mengalamatkan kepada nabi-Nya kata-kata ini, untuk mengukuhkan hal ini, dan
berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari Kiamat. Dia menganugerahi
nabi-Nya daya mengatasi diri, hingga hal ini tidak merugikannya, tidak pula
mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeda antara dia dan
pengikut-pengikutnya. Bila seorang mukmin teguh dalam upaya spiritual, hingga
datang kematian, dan menemui Tuhannya, dengan pedang terhunus berlumuran darah
kedirian, maka Ia memberinya Syurga yang dijaminkan-Nya baginya, dengan
firman-Nya:
"Bagi
yang takwa kepada Tuhannya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka
Syurgalah tempat tinggalnya." (QS.79:41)
Nah, bila
Dia telah memasukkannya ke dalam syurga, maka Ia menjadikan syurga itu tempat
tinggal, tempat beristirahat dan tempat kembalinya, yang membuatnya aman dari
pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa melimpahkan baginya, dari hari ke
hari dan dari jam ke jam, rezeki dan akan mengkaruniainya segala macam pakaian
dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia memperbaharui, di dalam dunia ini setiap
hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan melawan kedirian.
Sedang
orang kafir, orang munafik dan pendosa, bila mereka telah berhenti berjuang
melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian mengikuti, bersekutu dengan
setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran, kemusyrikan dan hal-hal seperti
itu sampai kematian datang kepada mereka, sebelum mereka menjalankan Islam dan
bertaubat, maka Allah memasukkan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi
orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya:
"Peliharalah
dirimu dari neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir." (QS.2:24)
Setelah
Dia memasukkan mereka ke dalamnya dan menjadikannya tempat kembali dan tempat
berteduh mereka, maka neraka itu membakar kulit dan daging mereka, dan Ia
mengganti kulit dan daging mereka dengan yang baru, sesuai dengan firman-Nya:
"Setiap
kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain."
(QS.4:56)
Ia, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, senantiasa memperlakukan mereka demikian,
disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan kedirian mereka sendiri, di dunia
ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghuni neraka senantiasa berganti kulit dan
daging, agar mereka tersiksa dan kesakitan. Sedang penghuni syurga senantiasa
dilimpahi rezeki, agar mereka senantiasa bersyukur. Hal ini dikarenakan
perjuangan mereka melawan kedirian mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan
kehendak Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam
sabda Nabi saw: "Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat."
AJARAN
KE-68 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bila
Allah mengabulkan dia hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya
sendiri, dengan demikian, tidak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya.
Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah
ditentukan-Nya. Nah, diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada
saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal
masa, dan yang bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang
telah dikatakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:
"Setiap
saat, Dia dalam kesibukan." (QS.55:29)
Ini
berarti bahwa Allah mengkaruniakan pada saat-saat yang telah ditentukan. Dengan
demikian, Allah tidak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena
semata-mata, begitu pula Ia tidak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena
doanya, dan dikatakan, Nabi saw bersabda bahwa takdir tidak bisa dihindari
kecuali dengan doa tertentu. Juga tidak seorang pun masuk syurga melalui
kasih-sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di syurga
sesuai dengan amal-amal mereka. Aisyah r.a berkata bahwa ia bertanya kepada
Nabi saw: "Akankah seseorang masuk syurga hanya karena amal-amalnya?
Tidak, tetapi dengan kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan
tangannya di atas kepalanya.
Ia
melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tidak seorang pun berhak menentang
Allah. Juga Ia tidak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya,
menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang
dikehendaki-Nya dan mengkaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia
Maha kuasa atas segalanya. Ia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang
hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang
dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arasy-Nya hingga
dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan
ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan
Allah berfirman:
"Adakah
pencipta selain-Nya?" (QS.35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?"
(QS.27:63). "Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS.29:65)
"Katakanlah:
"Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha kuasa atas segala suatu." (QS.3:26)
AJARAN
KE-69 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bila Allah
mengabulkan dia hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya sendiri,
dengan demikian, tidak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya. Tapi,
doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah
ditentukan-Nya. Nah, diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada
saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal
masa, dan yang bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang
telah dikatakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:
"Setiap
saat, Dia dalam kesibukan." (QS.55:29)
Ini
berarti bahwa Allah mengkaruniakan pada saat-saat yang telah ditentukan. Dengan
demikian, Allah tidak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena
semata-mata, begitu pula Ia tidak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena
doanya, dan dikatakan, Nabi saw bersabda bahwa takdir tidak bisa dihindari
kecuali dengan doa tertentu. Juga tidak seorang pun masuk syurga melalui
kasih-sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di syurga
sesuai dengan amal-amal mereka. Aisyah r.a berkata bahwa ia bertanya kepada
Nabi saw: "Akankah seseorang masuk syurga hanya karena amal-amalnya?
Tidak, tetapi dengan kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan
tangannya di atas kepalanya.
Ia
melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tidak seorang pun berhak menentang
Allah. Juga Ia tidak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya,
menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang
dikehendaki-Nya dan mengkaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia
Maha kuasa atas segalanya. Ia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang
hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang
dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arasy-Nya hingga
dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan
ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan
Allah berfirman:
"Adakah
pencipta selain-Nya?" (QS.35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?"
(QS.27:63). "Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS.29:65)
"Katakanlah:
"Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha kuasa atas segala suatu." (QS.3:26)
AJARAN
KE-70 |
SAYYIDI SYEIKH
ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bagaimana
baik bagimu berbangga akan kebajikanmu, padahal kau mengatakan bahwa hal ini
berasal dari kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah, melalui pertolongan, daya,
kehendak dan karunia-karunia-Nya? Begitu pula dengan pencampakan dosa, hal ini
dikarenakan oleh perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Bagaimana kau bisa
tidak bersyukur atas hal itu dan tidak mengakui semua rahmat ini yang berasal
dari-Nya? Kenapa semangat ketidakpatuhan dan ketidakacuhan ini, iaitu perasaan
banggamu akan keberanian yang adalah milik orang lain? Bila kau tidak dapat
membunuh musuhmu tanpa bantuan beberapa orang yang gagah-berani, yang menyerang
musuhmu, sedang kau hanya menimbrunginya, maka kau akan terbunuh bukannya
musuhmu; juga kau tidak akan bermurah bila tidak ada yang patut diberi
kemurahan - jika demikian, kenapa kau bangga akan kebajikanmu?
Jalan
terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang penolong, senantiasa memuji-Nya,
dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya dalam segala keadaan
kehidupanmu. Jika tidak, hal itu akan menjadi keburukan dan dosa. Bila
demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dan dosa kepada dirimu sendiri.
Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku buruk dan
kesalahan untuk hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu adalah tempat
keburukan dan ia memerintahkan segala keburukan dan ketidak-bergunaan. Jika
Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha agung, adalah pencipta kebajikan dan upayamu,
maka kau adalah pembuat upaya, sedang Dia adalah Penciptanya. Inilah yang
dimaksudkan oleh perkataan orang-orang yang memperolehi ma'rifah:
"Tindakan akan datang, sedang kau tidak dapat mengelakannya."
Nabi saw.
bersabda:
"Berbuat
baiklah, mendekatlah kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua
orang ada kemudahan."
AJARAN
KE-71 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kau
tentu berada dalam salah satu dari kedua hal ini: pengupaya atau yang
diupayakan. Bila kau seorang pengupaya, maka kau terbebani dan penanggung beban
yang memikul segala yang sulit dan berat. Hal ini dikarenakan kau adalah
seorang pengupaya. Seorang pengupaya mesti bekerja keras dan disalahkan, hingga
ia memperolehi yang dikehendakinya. Tidak patut bagimu mengelak dari
kesulitan-kesulitan yang merundungmu sampai deritamu sirna. Maka kau akan
diselamatkan dari segala macam suara, noda, kekejian, kehinaan, rasa sakit,
derita dan kertergantungan kepada orang. Maka kau akan dimasukkan ke dalam
kelompok orang yang dicintai Allah.
Namun,
bila kau adalah yang diupayakan, maka jangan salahkan Allah jika Dia menimpakan
musibah atasmu. Juga, jangan kau ragukan kedudukanmu di hadapan-Nya, sebab Dia
telah mengujimu agar kau meraih kedudukan tinggi. Dia hendak meningkatkan
kedudukanmu ke tingkat wali dan badal. Sukakah kau bila kedudukanmu berada di
bawah kedudukan mereka, atau bila pakaian kemuliaan, nur dan rahmatmu tidak
seperti pakaian kemuliaan, nur dan rahmat mereka? Meski kau puas dengan
kedudukan rendahmu, tapi Allah SWT tidak menyukainya. Dalam hal ini Dia berfirman:
"Dan
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS.2:232)
Dia telah
memilihkan untukmu sesuatu yang lebih tinggi, lebih cerah, lebih baik dan lebih
mulia, sedang kau menampiknya,
Jika kau
berkata: bagaimana benar pengabdi sempurna mesti diuji, sedang kau berkata
bahwa ujian dimaksudkan bagi sang pencinta, padahal pilihan Allah adalah orang
yang dicintai-Nya? Pertama kami sebutkan aturannya, kemudian pengecualian yang
mungkin. Tiada dua pendapat bahwa Nabi saw. adalah yang paling dicintai dan
yang paling banyak diuji. Nabi saw. bersabda:
"Aku
telah demikian takut karena Allah, tiada seorang pun yang terancam sepertiku
dan aku telah demikian menderita karena Allah, tiada seorang pun yang menderita
sepertiku. Telah datang padaku tiga puluh hari dan malam yang di dalamnya kami
tidak punya makanan sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal."
"Sesungguhnya
kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji; kemudian mereka yang
kedudukannya lebih rendah dan seterusnya."
"Aku
adalah yang paling tahu tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya di
antara kamu semua."
Nah,
bagaimana bisa sang tercinta diuji dan takut, padahal ia adalah orang pilihan
dan pengabdi sempurna? Hal ini dikarenakan Dia hendak membuat mereka meraih,
sebagaimana telah kami tunjukkan, kedudukan-kedudukan kehidupan syurgawi tidak
akan meningkat kecuali melalui amal-amal saleh di kehidupan duniawi ini.
Kehidupan duniawi merupakan tanah garapan kehidupan ukhrawi, dan amal-amal
saleh para Nabi dan wali, setelah menunaikan perintah-perintah dan menghindari
larangan-larangan, berada dalam kesabaran dan keridhaan di tengah-tengah
cobaan. Kemudian cobaan dijauhkan dari mereka dan mereka dianugerahi
rahmat-rahmat Allah, karunia-Nya dan kasih-sayang-Nya sampai mereka menghadap
Tuhan mereka di akhirat yang abadi.
AJARAN
KE-72 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Ada
beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima,
ketika melihat aneka barang di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan
pencampakan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu
mereka jika Allah tidak memelihara mereka dengan kasih sayang, perlindungan dan
penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan
inilah mereka tetap selamat.
Ada yang
ketika melihat hal-hal ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada nalar agama
mereka, mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan
hal-hal itu. Mereka ini seperti prajurit-prajurit gagah berani di jalan agama
yang ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah menganugerahi mereka
kelimpahan pahala dan kehidupan ukhrawi.
Nabi saw.
bersabda:"Tujuh puluh tindak kebajikan dicatat untuk seorang mukmin yang
mencampakkan dorong hawa nafsunya ketika ia dikuasai olehnya atau ia
menguasainya""Dan ada di antara mereka yang mendapatkan
kenikmatan-kenimatan ini dan karunia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan
kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah Swt atas hal-hal itu"
Namun
mereka tetap tidak memperhatikan kenikmatan-kenikmatan ini: mereka buta
terhadap segala suatu selain Allah Swt; maka mereka tidak melihat sesuatu pun
selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang
semacam ini memasuki pasar, mereka akan berkata: "Kami tidak melihat sesuatu
pun". Ya mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan mata
hati. Mereka melihat semua itu, tapi bukan dengan mata nafsu. Pandangan itu
adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah,
bukan pandangan rohaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada di pasar,
tapi hati mereka melihat Tuhan --kadang keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Ada yang,
ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh dengan kasih sayang kepada
orang di dalamnya karena Allah Swt. Rasa kasih sayang ini membuat mereka
bertafakkur dalam melihat hal-hal milik orang-orang ini dan yang di hadapan
mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa, sejak masuk hingga keluar dari
pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari Allah serta menjadi perantara bagi
orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih sayang. Hati-hati mereka berupaya
menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka. Lidah-lidah mereka diberikan
senantiasa memuji Allah atas semua yang telah mereka berikan kepada mereka dari
rahmat dan karunia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut pengawal-pengawal kota
dan abdi-abdi Allah. Bila kau mau kau dapat menyebut mereka orang
berilmu,badal, penyayang dan penahan yang tersembunyi dan yang tampak, yang
dicintai-Nya dan khalifah-Nya di bumi bagi hamba-hamba-Nya, duta-Nya dan
pelaksana kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini, dapat dikatakan, sebagai batu
filosof. Ridha dan rahmat Allah ada pada orang-orang semacam ini dan pada orang
yang telah menghadapkan wajahnya kepada Allah dan yang mencapai puncak
singkapan rohani.
AJARAN
KE-73 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kadang
Allah memberitahu para wali-Nya, tentang kesalahan-kesalahan dan kepalsuan
orang, dan pernyataan-pernyataan palsunya tentang tindakan, kata, fikiran dan
tujuannya. Para waliullah dibuat amat cemburu akan Tuhannya, Nabi-Nya
dan agama-Nya. Kemarahan batiniah dan kemarahan lahiriah terpacu oleh
fikirannya. Bagaimana bisa senang, bila mempunyai penyakit dalam dan luar.
Bagaimana bisa beriman akan keEsaan Tuhan, bila berkencederungan kesyirikan
manusia dari-Nya dan bila masih berpihak kepada musuh, si setan yang terkutuk,
dan si munafik yang kelak dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal untuk
selamanya? Menyebut kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan kejinya
dan pengakuannya sebagaishiddiq, keberasingannya dengan mereka yang telah
meluruhkan diri ke dalam takdir, terluncur dari lidah sang wali.Kadang
dikarenakan kecemburuan akan keagungan Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha agung.
Kadang karena menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran baginya;
kadang karena Kemaha kuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang palsu
yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan
terhadap orang semacam itu, dan "bolehkah para wali mengumpat
seseorang? Bisakah mereka memperhatikan seseorang, tidak hadir atau hadir, dan
hal-hal yang asing bagi orang-orang yang berkedudukan?" Pengutukan semacam
itu, dari mereka, tidak melebihi firman Allah:
"Dosa
keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya" (QS. 2:219)
Wajib
baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan berupaya
mendapatkan keabsahan-Nya, tidak berkeberatan terhadap kehendak-Nya dan
wali-Nya yang mencerca pernyataan-pernyataan si palsu. Jika ia bersikap
demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang
sebagai kembalinya dari kejahilian dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan
atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi
jurang kehancuran, karena kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki
yang dikehendaki-Nya kepada jalan kebenaran.
AJARAN
KE-74 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Masalah
yang pertama yang patut diperhatikan oleh orang yang berakal ialah keadaan dan
suasana dirinya sendiri, setelah itu barulah ia melihat atau memperhatikan
seluruh makhluk dan ciptaan. Dari semua itu , dapatlah difahami dari mana
sumber semua itu dan siapa yang menciptakan semua itu. Sebab, makhluk itu tanda
Al-khaliq (yang mencipta), tanda yang menunjukkan kekuasaan Yang Maha Gagah dan
menunjukkan bahwa yang menciptakan itu tentu Maha Bijaksana. Adanya
makhluk menunjukkan adanya Al-Khalik, karena keberadaan semua makhluk itu
lantaran ada yang menciptakannya.
Inilah
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam ulasannya tentang firman Allah
:"Dan Dia jadikan untukmu segala yang di langit dan yang di bumi".
Diriwayatkan
bahwa ulasan ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam
setiap sesuatu itu tersirat satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan dalam
setiap nama itu tersirat satu tanda untuk salah satu di antara nama-namaNya.
Dengan demikian, pasti kamu ada dalam salah satu di antara nama-nama,
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya nampak melalui kuasa-Nya dan
zahir-Nya nampak melalui kebijaksanan-Nya. Dia nampak di dalam sifat-sifat-Nya
dan sifat-sifat-Nya terpelihara di dalam perbuatan-perbuatan-Nya . Dia
menampakkan ilmu-Nya melalui iradat-Nya dan Dia menyatakan iradat-Nya didalam
gerak-Nya. Dia menyembunyikan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan
kemahiran dan kebijaksanaan-Nya melalui iradat-Nya. Maka, Dia tersembunyi di
dalam ghaib-Nya dan tampak di dalam kebijaksanaan dan kekuasaanNya.
Firman
Allah :Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS, 42:11)
Sesungguhnya
banyak rahasia-rahasia ilmu kerohanian di dalam kenyataan ini yang tidak
diketahui oleh orang-orang yang tidak memiliki sinar kerohanian di dalam
hatinya. Ibnu Abbas mendapatkan ilmu itu dikarenakan doa Nabi Muhammad saw,
untuknya. Nabi mendoakannya, " Ya Allah, berilah ia pengetahuan tentang
agama dan ajarlah ia pengertian tentang Al-Quran".
Semoga
kita mendapatkan limpahan karuniaNya dan dimasukkan ke dalam orang-orang yang
mendapatkan rahmatNya di hari kebangkitan kelak.
-----
AAMIIN
CATATAN
:
BAGIAN
INI TERMASUK BAGIAN TERPENTING DALAM KITAB FUTUHUL GHAIB DI MANA TUAN SYEIKH
MENGAJAK KITA SEMUA UNTUK MENGENAL DIRI SENDIRI MELALUI TAUHID YANG
MEMBANGKITKAN RASA KEDEKATAN DENGAN ALLAH, PINTU MENUJU DZIKIR KHOFI YANG
HAKIKI.
AJARAN
KE-75 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bertakwalah
kepada Allah, taatilah Dia, milikilah kesucian hati, kendali diri, kebiasaan
memberikan hal-hal bermanfaat. Jauhkanlah penderitaan dan kemiskinan, jagalah
kesucian rohani, bergaullah dengan sesamamu, nasehatilah kaum muda dengan
kebaikan, jauhilah permusuhan dengan sahabat, jauhilah pula mereka yang salik,
dan bertolong-tolonganlah dalam hal-hal agama dan dunia. Hakikat kemiskinan
agamis berupa ketidak bolehan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada
sesamanya. Hakikat kekayaan agamis berupa ketidakbutuhan akan ciptaan, semisal
diri.
Tasawuf
dicapai lewat kelaparan dan pematangan diri dari hal-hal yang disukai dan
dihalalkan. Jangan berpintar-diri di hadapan seorang darwis, sebab unjuk
pengetahuan membuatnya tidak senang. Bersikap lembutlah terhadapnya, sebab kelembutan
membuatnya senang.
Tasawuf
didasarkan pada delapan hal:
1. Kemurahan Nabi Ibrahim;
2. Kepasrahan Nabi Ishak;
3. Kesabaran Nabi Ya'kub;
4. Doa Nabi Zakaria;
5. Kemiskinan Nabi Yahya;
6. Berpakaian Wool seperti Nabi Musa;
7. Berlanglang Buana seperti Nabi Isa;
8. Kesahajaan (Kesederhanaan) Nabi Muhammad saw
2. Kepasrahan Nabi Ishak;
3. Kesabaran Nabi Ya'kub;
4. Doa Nabi Zakaria;
5. Kemiskinan Nabi Yahya;
6. Berpakaian Wool seperti Nabi Musa;
7. Berlanglang Buana seperti Nabi Isa;
8. Kesahajaan (Kesederhanaan) Nabi Muhammad saw
AJARAN
KE-76 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Punyailah
kekayaan, harga diri, kemiskinan dan kerendah-hatian. Wajib bagimu berendah
hati dan bersungguh-sungguh terhadap Sang Pencipta. Jangan salahkan Dia, karena
sarana duniawi.
Jangan kau
rusak hak saudaramu karena kau dan dia adalah kawan. Berkawanlah selalu dengan
para darwis, dengan rendah hati, sikap baik dan keterbukaan.
Bunuhlah
kedirian hingga tercapai kehidupan dalam rohani. Yang terdekat dengan Allah
ialah yang paling besar hati dalam berperilaku. Amal terbaik ialah menjaga
diri dari selain-Nya.
Nasehatilah
selalu orang agar berteguh pada kebenaran dan kesabaran. Cukuplah bagimu
bergaul dengan para darwis, dan mengabdi kepada para wali. Darwis adalah
orang yang acuh-tak-acuh terhadap selain Allah. Menyerang yang di bawahmu
adalah pengecut. Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan, dan
menyerang yang sejajar denganmu adalah tidak baik. Menjalani kehidupan darwis
dan sufi membutuhkan upaya serius. Semoga Allah mengkaruniai kita
kekuatan.
Duhai Wali!
Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal ini membawa kebaikan dan juga
kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan
segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa menghadapi segala
ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.Ketahuilah bahwa kau akan
ditanya tentang gerak-gerikmu. Selamatkanlah anasir tubuhmu dari
ketidak-bergunaan. Wajiblah bagimu mentaati Allah, Rasul-Nya dan mereka yang
mesti ditaati.
Fikirkanlah
kaum Muslim, dan jangan berburuk niat kepada mereka, entah entah dalam hati,
ucapan atau tindakan.Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah
kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Wajib bagimu makan segala yang
dihalalkan, dan bertanyalah, tentang yang tidak kau ketahui, kepada orang yang
memiliki ma'rifat.
Berbaiklah
senantiasa terhadap Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bersamalah
dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang dibutuhkan untuk
bersama-Nya.
Bersedekahlah
di kala pagi.
Berdoalah
di malam hari bagi Muslim yang meninggal. Ucapkanlah tujuh kali di pagi hari
dan petang hari. Allahumma ajirna minan nar, yang maknanya, "Ya Allah!
Lindungilah kami dari api neraka." Berdoalah
selalu: A'udzubillahi-is-sma'i-il-'alim minasy-syaithan-ir-rajim, yang
maknanya, "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui dari setan yang terkutuk." Lalu agungkanlah Dia dengan
ayat-ayat terakhir Surah Hasyr:
"Dialah
Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dialah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang. Dialah Allah, yang tiada Tuhan
selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, yang mengkaruniakan
keamanan, Yang Maha memelihara, Yang Maha perkasa, Yang Maha kuasa, yang
memiliki segala keagungan. Maha suci Allah dari segala yang mereka
persekutukan. Dialah Allah, Pencipta, Pewujud, Pembentuk, Pemilik nama-nama
terbaik. Bertasbihlah kepada-Nya segala yang di langit dan di bumi. Dan Dialah
yang Maha kuasa lagi Maha bijaksana."
AJARAN KE-77 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bersamalah
dengan Allah, seolah-olah tiada ciptaan. Bersamalah dengan ciptaan seolah-olah
tiada diri. Bila bersama Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tanpa ciptaan,
Dia tercapai, dan jauh dari selain-Nya. Bila bersama ciptaan, tanpa diri,
keadilan tergapai, kebajikan terbantu, dan selamatlah dari kekerasan kehidupan.
Tinggalkanlah segala suatu di luar pintu, bila memasuki pintu uzlah. Maka
terlihat oleh mata batinmu temanmu dalam uzlah-mu, terasakan hal di luar
ciptaan, lenyaplah diri, dan digantikan oleh perintah-Nya dan kedekatan-Nya.
Maka ketidak-tahuanmu menjadi ketahuanmu, kejauhanmu menjadi kedekatanmu, kediamanmu
menjadi pengingatanmu akan-Nya, dan kebuasanmu menjadi kekaribanmu.
Duhai!
Tiada lagi tersisa di sana, selain Sang Pencipta dan ciptaan. Maka jika Sang
Pencipta telah dipilih, ucapkanlah:"Sesungguhnya mereka adalah
musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS.26:77)Barangsiapa telah
merasakannya, ia telah mengetahuinya.Ia ditanya, "Bagaimana kepahitan
mengatasi kemanisan?" "Mesti berupaya menjauhkan kedirian. Duhai!
Bila seorang mukmin berbuat kebajikan, maka hewaninya tunduk kepada hati. Bila
diri mencapai kesadaran hati, maka berubahlah hati menjadi suatu rahasia;
rahasiapun berubah menjadi kemusnahan; kemusnahan berubah menjadi kemaujudan
lain," jawabnya. "Kawan bisa mencapai lewat setiap pintu.
Duhai!
Peluruhan diri ialah mengingkari semua ciptaan, merubah sifat menjadi sifat
malaikat; lenyap dari sifat malaikat dan kembali ke semula. Maka Tuhan
menyiramimu sesuka-Nya, dan membajakmu sesuka-Nya. Bila menghendaki peringkat
ini, pilihlah Islam, dan tunduklah kepada ketetapan-Nya, maka tergapailah
ma'rifat, tersadarilah Ia, termaujudlah diri di dalam-Nya, dan menjadilah diri
milik-Nya. Kesalehan ialah karya satu jam dan kebertarakan dua jam, sedang
pengetahuan Allah adalah karya abadi," lanjutnya.
AJARAN
KE-78 |
SAYYIDI
SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Ada
sepuluh sifat pada salik, pemawas-diri dan peraih tujuan rohani.
1. Tidak
bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak. Sebab
bila hal ini termapankan, dan lidah terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya
kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan
sengaja atau tidak. Nah, bila ia menjadi begini, Allah membukakan baginya
pintu nur-Nya. Hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya termuliakan, langkah
dan kesabarannya terkuatkan. Maka, dipujilah dan dimuliakanlah ia di
tengah-tengah tetangga dan sahabatnya, sehingga yang tahu dia, menghormatinya,
dan yang melihatnya, takut kepadanya.
2. Menghindar
dari berbicara tidak benar, entah serius atau bercanda. Sebab bila ia melakukan
dan mengukuhkan hal ini pada dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya,
maka Allah membuka dengannya hatinya, dan menjernihkan dengannya
pengetahuannya, sehingga ia nampak tidak tahu kepalsuan. Bila ia mendengarnya
dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan termalukan olehnya.
Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka baginya pahala.
3. Menjaga
janji. Sungguh, hal ini demikian menguatkannya, sebab mengingkari janji
termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya
kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq dan mulialah ia di
hadapan Allah.
4. Tidak
mengutuk sesuatu makhluk pun, tidak merusak sesuatu pun, meski sekecil atom
pun, dan bahkan yang lebih kecil darinya. Sebab hal ini termasuk tuntutan
kebenaran dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip ini,
memperolehi husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan
kedudukannya, Ia melindunginya dari kehancuran, dan mengkaruniainya kasih
sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5. Tidak
mendoakan keburukan bagi seorang pun, meski ia telah dizalimi. Lidah dan
geraknya tidak mendendam, tapi bersabar demi Allah. Hal ini membawanya kepada
kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia menjadi dicintai dan disayangi oleh
semua penerima kebenaran, baik dekat maupun jauh.
6. Tidak
berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan mereka yang se-kiblat.
Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari
mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat
dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari
Allah Yang Maha mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai
balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7. Tidak
melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun batiniah. Mencegah anasir
tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa
balasan bagi hati dan anasir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah
menganugerahi kita daya untuk berlaku begini, dan menjauhkan kedirian (penting
diri) dari hati kita.
8. Tidak
membebani seorang pun, entah dengan beban ringan atau berat. Tapi, melepaskan
orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikan hamba-hamba
Allah dan para saleh mulia, dan memacu orang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar.
Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah dan para saleh, dan
baginya segenap makhluk nampak sama. Maka Allah membuat hatinya tidak butuh,
yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tidak meninggikan seorang pun, bila masih
terikat kedirian. Bagi orang semacam ini, semua makhluk memiliki hak yang sama,
dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan bagi para mukmin dan para
saleh, dan pintu terdekat kepada keikhlasan.
9. Bersih
dari segala harapan insan, dan tidak merasa tergoda hatinya oleh milikan
mereka. Sungguh, inilah kemuliaan besar, ketakbutuhan sejati, kerajaan besar,
pujian agung, kepastian nan tegar kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu
segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang memampukan orang meraih ketakwaan
kepada-Nya, dan pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
10. Rendah
hati. Dengan ini, sang hamba termuliakan dan sempurna di hadapan Allah (Maha
agung Dia) dan insan. Inilah sifat penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang
hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan inilah kesalehan nan
sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia
berkata, "Mungkin orang ini lebih baik dariku di hadapan Allah, dan lebih
tinggi kedudukannya." Mengenai orang kecil, sang hamba berkata,
"Orang ini tidak menentang Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia
lebih baik dariku." Mengenai orang tua, sang hamba berkata, "Orang
ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku." Mengenai orang alim, sang
hamba berkata, "Orang ini telah dianugerahi yang tidak ada padaku, ia
telah memperoleh yang tidak kuperoleh, ia mengetahui yang tidak kuketahui, dan
ia bertindak dengan pengetahuan." Mengenai orang bodoh, sang hamba
berkata, "Orang ini tidak mematuhi-Nya karena tidak tahu, dan aku tidak
mematuhi-Nya meski aku tau, dan ku tidak tau akhir hayatku dan akhir
hayatnya." Mengenai orang kafir, sang hamba berkata, "Entahlah,
mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tidak
beriman."
Inilah
pintu kasih sayang dan ketakutan.Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka
Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan
menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu
kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri
terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan.
Inilah
hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini,
lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tidak
sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari
hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tidak
menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah
dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
AJARAN
KE-79 |
Kala sang
wali menghadapi sakaratul maut, putranya, Abdul Wahab berkata kepadanya,
"Apa yang mesti kulakukan sepeninggal ayah?" "Kamu mesti takut
kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada selain-Nya,
dan berpasrahlah hanya kepada-Nya," jawabnya.
Selanjutnya
ia berkata, "Aku adalah biji tidak berkulit. Orang lain telah datang
kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka. Inilah manfaat nan
besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini. Atas mu kedamaian,
kasih dan rahmat Allah. Semoga Dia melindungiku dan kamu, dan mengasihiku dan
kamu. Ku mulai senantiasa dengan asma Allah."
Ia terus
berkata begini satu hari satu malam, "Celakalah kau, aku tidak takut
sesuatu pun, baik malaikat maupun malakul maut. Duhai malakul maut! Bukanlah
kau, tapi sahabatku yang bermurah kepadaku."
Lantas
pada malam kewafatannya, ia memekik keras, dan kata kedua putranya, Abdur-Razaq
dan Musa, dia mengangkat dan merentangkan kedua tangannya lalu berkata,
"Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertaubatlah dan ikutilah jalan
ini. Kini aku datang kepadamu."Dia berkata, "Tunggu". Dan,
meninggallah dia.
--------
AJARAN
KE-80 |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS.
BERKATA :
Antara
aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana antara langit dan bumi. Maka,
jangan memandangku sebagai mereka, jangan pula memandang mereka sebagai
aku.
Bertanyalah
Abdul Aziz, putranya, kepadanya tentang keadaannya. "Hendaknya jangan
bertanya kepadaku tentang sesuatu pun. Aku sedang mengalami perubahan
ma'rifat," jawabnya.Selanjutnya dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya
tentang penyakitnya. "Tidak satu insan pun, tidak satu jin pun, tidak satu
malaikat pun tau penyakitku. Pengetahuan-Nya tidak terhapus oleh perintah-Nya.
Perintah berubah, sedang pengetahuan tidak berubah. Allah Maha berkehendak, dan
oleh-Nya Kitab Suci mewujud."Dia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya,
tapi merekalah yang ditanya." (QS.21:23)
Putranya,
Abdul Jabbar, bertanya kepadanya, "Mana yang sakit?" "Sekujur
tubuhku sakit, kecuali hatiku," jawabnya.Ia berkata, "Aku mencari
pertolongan Allah dengan, 'Tiada sesembahan selain Dia, Maha agung, Maha mulia
lagi Maha abadi Dia, dan Muhammad adalah Rasul-Nya."Putranya, Musa,
berkata bahwa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya tidak mampu
mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang-ulang kata Taazzaza ini,
diperpanjangnya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan
benar. Lalu ia berkata, "Allah, Allah, Allah," suaranya melemah,
lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari
jasadnya -ridha Allah atasnya. Semoga Dia menganugerahi kita dan semua Muslim husnul
khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi saleh. Amin! Amin! Ya Rabbal
Alamin...
===========
ALHAMDULILLAH
SELESAI SUDAH TERJEMAHAN KITA FUTUHUL GHAIB YANG KAMI POSTING DARI WEBSITE GRUP
PEMUDA TQN SURYALAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.